Jakarta, Propertytimes.id – Pasar modal Indonesia diwarnai dengan gejolak di sektor properti pada penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia, Selasa (18/3). Hal ini dikarenakan sejumlah emiten properti besar mengalami penurunan harga saham yang signifikan, sehingga memicu kekhawatiran di kalangan investor.
Emiten Properti PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) memimpin daftar penurunan dengan anjlok sebesar 15 %, mencatatkan penurunan terdalam di kalangan emiten properti. Saham JSPT ditutup pada level Rp8.500 per lembar, jauh di bawah harga pembukaan yang mencapai Rp10.000 per lembar.
Sumber: Yahoo Finance
* Tabel ini menyajikan data pergerakan saham pada tanggal 18 Maret 2025.
* Harga saham dinyatakan dalam Rupiah (Rp).
* Perubahan harga saham dinyatakan dalam persentase (%).
BACA JUGA: 7 Emiten Properti dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar di Indonesia
Tidak hanya JSPT, enam emiten properti lainnya juga mengalami nasib serupa. PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) mengalami penurunan sebesar 11,2 %, diikuti oleh PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) yang turun 10,5 %. PT Sentul City Tbk (BKSL) juga mencatatkan penurunan yang signifikan, yaitu sebesar 7,9 %. Selanjutnya, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) masing-masing mengalami penurunan sebesar 5 % dan 4,7 %. PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) turut mengalami penurunan sebesar 4,2 %.
Penurunan harga saham emiten properti tersebut terjadi di tengah kondisi pasar yang kurang kondusif. Diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (18/3) juga ditutup melemah, mencerminkan sentimen negatif yang sedang melanda pasar modal. Para analis pasar menduga bahwa penurunan ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk kekhawatiran terhadap potensi kenaikan suku bunga, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan sentimen negatif dari pasar regional.