Jakarta, Propertytimes.id – Sepanjang kuartal IV tahun 2024, tingkat penjualan kondominium di wilayah Jakarta mengalami sedikit penurunan sebesar 0,1% (QoQ), menjadi 82,7% . Penurunan ini terjadi akibat peluncuran proyek baru. Namun, jika dibandingkan dengan tahun 2023, tingkat penjualan tetap relatif stabil. Hal ini disebabkan oleh jumlah proyek baru yang lebih sedikit dan permintaan yang masih tertekan di pasar kondominium Jakarta.
Seperti diketahui, pada penghujung tahun 2024, sektor kondominium Jakarta mendapat tambahan pasokan dari dua proyek baru, yaitu Two Sudirman dan LRT City Tebet Tower Lotus, yang masing-masing menawarkan 335 unit dan 201 unit. Leads Property Indonesia dalam laporannya Jakarta Property Market Insight Q4 2024 menyebutkan, hadirnya proyek tersebut akan berdampak pada pasokan kumulatif kondominium di Jakarta yang meningkat sebesar 0,3% dibandingkan tahun sebelumnya atau mencapai total 259.900 unit.
Permintaan kumulatif kondominium juga menunjukkan peningkatan sebesar 0,3% (Tahunan) atau mencapai 215.064 unit pada kuartal empat 2024, dengan total 693 unit terjual sepanjang tahun. Namun, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tren permintaan tahunan masih mengalami penurunan. Insentif PPN 100% yang diterapkan pemerintah hanya berlaku untuk proyek yang sudah ada, sehingga proyek yang masih dalam tahap konstruksi tidak mendapatkan manfaat dari kebijakan ini. Selain itu, penurunan kelas menengah di Indonesia dan dampaknya terhadap daya beli menjadi salah satu faktor utama lemahnya permintaan di sektor ini.
BACA JUGA: Leads Property: Insentif PPN Belum Berdampak pada Penjualan Kondominium
“Meskipun ada penambahan, terbatasnya jumlah peluncuran proyek menunjukkan kehati-hatian para pengembang di tengah permintaan yang melemah,” Martin Samuel Hutapea, Associate Director Leads Property, dalam keterangannya, Rabu (12/2).
Martin menyebut, meski insentif PPN 100% telah diberlakukan kembali, para pengembang diharapkan dapat meningkatkan progres konstruksi dan menerapkan strategi pemasaran inovatif guna menarik lebih banyak calon pembeli.
Dalam laporannya, Leads mencatat jika harga jual kondominium di kawasan CBD dan area prime Jakarta mengalami kenaikan tipis masing-masing sebesar 1,8% dan 0,8% (Tahunan), menjadi Rp57,5 juta per m² dan Rp47,5 juta per m². Meskipun permintaan masih lesu, kenaikan harga ini didorong oleh kelanjutan pembangunan proyek oleh para pengembang, yang menghasilkan pertumbuhan stabil meskipun terbatas.
BACA JUGA: Pasokan Kondominium Relatif Stagnan di Kuartal II 2020
Martin menambahkan, perpanjangan insentif PPN 100% hingga tahun 2025, ditambah target pertumbuhan ekonomi pemerintah sebesar 8%, diharapkan dapat mendorong pemulihan pasar properti, khususnya di sektor kondominium. “Meskipun tarif PPN untuk properti residensial mewah akan meningkat menjadi 12%, perubahan ini diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap segmen pembeli kelas atas, yang umumnya tidak terlalu sensitif terhadap fluktuasi harga. Oleh karena itu, pasar properti mewah diproyeksi tetap stabil,” ungkapnya.
Sementara itu, Hendra Hartono, CEO Lead Property Indonesia menuturkan, meskipun prospek pasar terlihat positif, namun para pengembang perlu beradaptasi dengan tren pasar dan kebijakan pemerintah untuk memaksimalkan peluang di tahun 2025. “Kolaborasi antara pemerintah dan pengembang akan menjadi kunci dalam mengoptimalkan momentum pertumbuhan. Pemerintah juga diharapkan dapat mempertimbangkan tambahan insentif bagi proyek yang masih dalam tahap konstruksi, dengan syarat pengembang menjaga konsistensi progres pembangunan, guna membangun kepercayaan bersama dan menjaga stabilitas pasar,” sebut Hendra optimis.