Hong Kong, Propertytimes.id — Sejumlah saham pengembang properti “kakap” di China mengalami kejatuhan tajam pada awal pekan ini setelah pasar global terguncang akibat perang dagang terbaru antara Amerika Serikat dan China. Diketahui, indeks properti di Bursa Hong Kong merosot 7,88 persen pada Senin, 7 April, dipimpin oleh penurunan harga saham beberapa pengembang terbesar asal Tiongkok.
Dilansir dari lama portal berita mingtiandi, penurunan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump pada Rabu lalu mengumumkan tarif impor sebesar 34 persen untuk produk asal China. Hal ini lantas direspon oleh Beijing yang membalas dengan tarif serupa atas barang-barang asal AS, sehingga memicu kekhawatiran para pelaku usaha di pasar global.
Saham Country Garden Holdings yang terdaftar di Hong Kong anjlok 14,6 persen, sementara, saham China Vanke turun 10,8 persen, dan Longfor Properties kehilangan 9,6 persen dari nilai sahamnya. Hal serupa dialami pengembang properti asal Hong Kong, New World Development, yang mengalami penurunan saham sebesar 13,6 persen. Swire Properties yang sedang berinvestasi besar-besaran di China, juga melemah 8,8 persen.
BACA JUGA: Penurunan Pasar Perumahan di Tiongkok Terus Berlanjut di Januari 2025
Meski sektor properti terpukul parah, indeks utama Hang Seng mencatat penurunan lebih dalam, yaitu anjlok hingga 13,2 persen atau kejatuhan harian terburuk sejak Krisis Keuangan Asia tahun 1997. Yang mengejutkan, kondisi tersebut juga membuat pasar saham di Asia Pasifik ikut terseret: indeks Nikkei Jepang turun 7,7 persen, Straits Times Singapura merosot 7,5 persen, KOSPI Korea Selatan melemah 5,6 persen, dan S&P/ASX 200 Australia turun lebih dari 4 persen.
Kondisi Sektor Properti Memburuk
Kondisi ini semakin diperparah dengan turunnya penjualan pengembang properti besar di China. Country Garden mencatat penurunan penjualan sebesar 29,8 persen pada Maret 2025 dibanding tahun sebelumnya, sementara Longfor mencatat penurunan 36,7 persen. Secara keseluruhan, penjualan 100 pengembang top China pada Maret 2025 turun 11 persen dibanding tahun lalu.
BACA JUGA: Kebijakan Tarif Impor Trump Berpotensi Pukul Industri Properti RI
Jeff Zhang, analis ekuitas di Morningstar, mengatakan bahwa meskipun tarif AS tidak secara langsung memengaruhi penjualan rumah di China, gejolak pasar mencerminkan perubahan cepat dalam sentimen investor terhadap sektor properti China.
Meski demikian, analis properti independen Yang Guanghua memperkirakan pemerintah China akan segera menggelontorkan stimulus tambahan untuk menjaga stabilitas ekonomi, termasuk kemungkinan penurunan suku bunga acuan. Namun, ia juga mengingatkan potensi kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral China guna mengendalikan inflasi akibat mahalnya harga impor.