Tiongkok, Propertytimes.id – Kabar tak menggembirakan datang dari sektor properti Tiongkok di awal tahun 2025. Data terbaru menunjukkan bahwa penurunan pasar perumahan di negara tersebut masih terus berlanjut hingga bulan Januari.
Menurut data dari China Index Academy, harga rata-rata per meter persegi untuk properti residensial di Tiongkok mengalami penurunan lebih dari 7% pada bulan Januari dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Tak hanya itu, nilai penjualan properti oleh 100 pengembang real estat teratas di Tiongkok juga mengalami penurunan yang signifikan, mencapai hampir 17% di bulan Januari.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan prospek pasar perumahan Tiongkok di tahun 2025. Lembaga pemeringkat Fitch Ratings bahkan memproyeksikan bahwa krisis properti di Tiongkok akan terus berlanjut hingga sepanjang tahun 2025. Mereka memperkirakan bahwa harga rumah baru di Tiongkok akan turun 5% lagi tahun ini.
Survei terhadap 100 kota teratas di negara itu menunjukkan bahwa harga rata-rata per meter persegi untuk rumah yang sudah ada turun lebih dari 7% dibandingkan dengan Januari tahun lalu. Sementara itu, Reuters melaporkan bahwa penjualan oleh 100 pengembang real estat terkemuka di negara itu merosot hampir 17% dari tahun ke tahun, yang mencerminkan penurunan pasar yang terus-menerus.
Beberapa faktor diduga menjadi penyebab penurunan pasar perumahan di Tiongkok. Pertama, pemerintah Tiongkok telah mengambil langkah-langkah untuk mendinginkan pasar properti yang sebelumnya terlalu panas. Kebijakan-kebijakan seperti pembatasan pembelian rumah dan peningkatan suku bunga KPR telah berdampak pada permintaan rumah.
Selain itu, masalah keuangan yang dihadapi oleh beberapa pengembang properti besar di Tiongkok juga turut memperburuk situasi. Kasus gagal bayar utang oleh Evergrande, salah satu pengembang properti terbesar di Tiongkok, telah mengguncang kepercayaan pasar dan memicu kekhawatiran akan stabilitas sektor properti secara keseluruhan.
Pemerintah Tiongkok sendiri telah berupaya untuk menstabilkan pasar perumahan. Diantaranya, dengan melonggarkan beberapa kebijakan properti dan memberikan dukungan finansial kepada pengembang yang kesulitan. Namun, efektivitas dari upaya-upaya ini masih perlu dilihat lebih lanjut.
Para analis properti menilai, penurunan pasar perumahan di Tiongkok yang terus berlanjut hingga Januari 2025 menjadi sinyal bahwa krisis properti di negara tersebut masih belum berakhir. Prospek pasar perumahan Tiongkok di tahun 2025 masih belum jelas, dan diperlukan upaya yang lebih serius dari pemerintah dan pelaku industri untuk mengatasi masalah ini.