Jakarta, Propertytimes.id – Sepanjang kuartal IV-2024, rata-rata harga tarif per malam hotel di Jakarta mengalami penurunan sebesar 4% secara kuartalan (QoQ). Penurunan ini dianggap sebagai salah satu strategi operator hotel untuk tetap kompetitif di pasar. Pada kuartal ini, rata-rata harga per malam (Average Daily Rate/ADR) di Jakarta tercatat sebesar Rp1,51 juta per kamar, angka yang masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata tahun sebelumnya. Demikian riset yang dilakukan Leads Property Indonesia dalam laporannya Jakarta Property Market Insight Q4 2024.
Berdasarkan laporan tersebut, untuk hotel berbintang lima, rata-rata harga per malam stabil di angka Rp2,43 juta per kamar, sementara untuk hotel berbintang empat dan tiga masing-masing berada di kisaran Rp641.000 dan Rp542.000 per malam.
Martin Samuel Hutapea, Associate Director Leads Property, menuturkan, Jakarta tetap dipandang menarik untuk sektor perhotelan, terbukti dengan adanya beberapa brand hotel ternama yang merencanakan pembukaan properti baru.
Secara keseluruhan, total pasokan hotel di Jakarta pada akhir tahun 2024 telah mencapai 56.786 kamar, dengan adanya tambahan pasokan baru pada kuartal terakhir dari pembukaan hotel 25hours Jakarta The Oddbird yang bertaraf bintang lima. Penambahan hotel ini diperkirakan akan terus berlanjut dalam beberapa tahun ke depan, mengingat Jakarta tetap menjadi pusat kegiatan bisnis dan ekonomi nasional. Beberapa hotel yang dijadwalkan beroperasi pada tahun 2025 antara lain Parkroyal Hotel Jakarta, Jakarta Gelora Marriott Hotel, dan Novotel Jakarta Pulomas.
BACA JUGA: Jelang Libur Nataru, Pesanan Internasional untuk Hotel di Indonesia Melonjak Tinggi
Secara umum, total kunjungan wisatawan mancanegara ke Jakarta meningkat sebesar 17,2% secara tahunan (YoY). Peningkatan ini menunjukkan bertambahnya aktivitas bisnis serta acara-acara penting yang berlangsung di Jakarta, sekaligus mencerminkan perkembangan sektor pariwisata di kota ini. Kunjungan terbanyak didominasi oleh wisatawan berkewarganegaraan Tiongkok dengan total 80.326 kunjungan, diikuti oleh wisatawan dari Malaysia, Singapura, Arab Saudi, dan Jepang.
Menjelang akhir tahun, tingkat keterisian hotel di Jakarta juga mengalami kenaikan sebesar 7,7% dibandingkan kuartal sebelumnya, mencapai rata-rata 70,6%. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya kegiatan MICE yang diselenggarakan oleh pemerintah dan sektor swasta menjelang akhir tahun. Meskipun pemerintah melakukan pemangkasan anggaran untuk rapat dan perjalanan dinas pada tahun 2024, dampaknya terhadap tingkat keterisian hotel di Jakarta masih terbilang tidak signifikan.
Pada awal tahun 2025, tingkat keterisian hotel di Jakarta diperkirakan akan mengalami sedikit perlambatan akibat periode liburan yang cenderung mengurangi jumlah aktivitas di kota ini. Sementara itu, tingkat ADR hotel-hotel di Jakarta diprediksi akan stabil di kisaran Rp1,5 – Rp1,6 juta per malam.
Kebijakan pemerintah untuk melakukan efisiensi anggaran pada tahun 2025 diperkirakan akan berdampak pada industri perhotelan, mengingat potensi penurunan jumlah rapat dan perjalanan dinas yang dilakukan oleh kementerian dan lembaga pemerintahan sepanjang tahun tersebut.