Jakarta, Propertytimes.id – Lembaga pemeringkat PEFINDO menurunkan peringkat emiten properti PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP) menjadi idBBB- dengan prospek negatif, dari sebelumnya idBBB/stabil, di tengah pelemahan kinerja operasional dan terbatasnya fleksibilitas keuangan perseroan.
Dilansir dari keterbukaan informasi BEI, penurunan juga berlaku untuk peringkat Obligasi II ADCP Tahap II Tahun 2022 Seri B menjadi idBBB-, menyusul keputusan perusahaan memperpanjang jatuh tempo surat utang senilai Rp102 miliar selama dua tahun hingga Mei 2027.
Langkah ini mencerminkan tekanan struktural terhadap profil keuangan ADCP, yang selama ini bergantung pada arus kas dari penjualan unit properti berbasis transit-oriented development (TOD). “Hal ini mencerminkan
melemahnya profil keuangan ADCP karena terbatasnya arus kas dan fleksibilitas keuangan di tengah sentimen negatif yang terus berlanjut terhadap sektor properti. ,” ungkap PEFINDO dalam Rating Summary nya, Selasa (20/5).
BACA JUGA: Tekanan Margin Masih Berlanjut, Laba Bersih Adhi Commuter Properti Anjlok di Kuartal I 2025
Meskipun begitu, PEFINDO mempertahankan peringkat idAAA untuk Obligasi III/2023 Seri A dan Seri B, berkat jaminan penuh dari Credit Guarantee and Investment Facility (CGIF). Penjaminan dari CGIF, yang berafiliasi dengan Asian Development Bank (ADB), memberikan bantalan penting terhadap risiko gagal bayar obligasi ini.
ADCP merupakan anak usaha PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) yang memiliki 90% saham, dan beroperasi di segmen properti terintegrasi dengan sistem transportasi massal LRT Jabodebek. Portofolio ADCP meliputi hunian vertikal, gedung perkantoran, rumah tapak, serta properti komersial dan hotel bermerek GranDhika di Jakarta, Semarang, dan Medan.
PEFINDO menyoroti bahwa meski ADCP memiliki captive market dari pengguna LRT dan kualitas aset yang baik, profil keuangannya dibayangi oleh struktur permodalan yang agresif, arus kas yang lemah, serta rendahnya kontribusi pendapatan berulang. Ketergantungan pada kondisi makroekonomi yang fluktuatif turut memperbesar risiko.
“Jika ADCP tidak mampu memperbaiki kinerja bisnis dan memperkuat arus kas secara berkelanjutan, maka dapat berdampak pada penurunan peringkat lebih jauh,” tegas PEFINDO. Di sisi lain, perbaikan signifikan pada indikator keuangan dapat membuka ruang revisi prospek menjadi stabil.
Didirikan pada 2018, ADCP memosisikan diri sebagai pengembang spesialis TOD, namun kondisi pasar properti yang lesu dan tantangan likuiditas menjadi hambatan dalam menjalankan ekspansi. Penurunan peringkat ini menjadi sinyal kuat bagi pelaku pasar dan investor untuk mencermati kembali eksposur terhadap instrumen utang perusahaan properti dalam kondisi pasar yang masih penuh tekanan.





