Jakarta, Propertytimes.id — Industri data center di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan pesat yang ditopang oleh melonjaknya permintaan kolokasi grosir dan adopsi teknologi berkelanjutan seperti pendingin cair (liquid cooling).
Dalam laporan yang dirilis ResearchAndMarkets.com bertajuk “Indonesia Data Center Market – Investment Analysis & Growth Opportunities 2025–2030”, pasar pusat data nasional diperkirakan akan tumbuh dari USD 2,39 miliar (sekitar Rp 38,2 triliun) pada 2024 menjadi USD 3,79 miliar (sekitar Rp 60,6 triliun) pada 2030, dengan laju pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 7,99%.
Diketahui, saat ini, terdapat sekitar 80 fasilitas pusat data kolokasi di Indonesia, sebagian besar berlokasi di Jakarta. Jenis kolokasi grosir saat ini masih mendominasi pasar karena menawarkan kapasitas lebih besar dibandingkan kolokasi ritel. Kolokasi grosir merupakan model layanan pusat data di mana perusahaan menyewa ruang dan infrastruktur dalam skala besar—bahkan satu modul atau ruangan penuh—untuk menampung beban kerja besar, seperti yang digunakan oleh penyedia layanan cloud skala besar (hyperscale).
BACA JUGA: Oracle Berencana Bangun Pusat Layanan Cloud di Indonesia
Pemain utama dalam industri ini meliputi DCI Indonesia, Telkom Indonesia, ST Telemedia Global Data Centres, Princeton Digital Group, dan NTT DATA. Bahkan, permintaan yang tinggi dari operator cloud untuk menyimpan beban kerja skala besar melalui kolokasi grosir diperkirakan akan terus mendorong pertumbuhan pasar.
Pemerintah Indonesia sendiri turut mendorong transformasi digital yang berkelanjutan melalui berbagai inisiatif hijau, termasuk penerapan pajak karbon dan target ambisius untuk mencapai netralitas karbon (net-zero emissions) pada tahun 2060. Hal ini tentu saja membuka peluang besar bagi pengembangan pusat data ramah lingkungan.
Tak hanya itu, teknologi pendingin cair semakin menjadi pilihan utama seiring meningkatnya kebutuhan energi akibat adopsi layanan cloud dan kecerdasan buatan (AI). Teknologi ini membantu menjaga suhu infrastruktur IT secara efisien sekaligus mengurangi konsumsi energi.
ST Telemedia Global Data Centres, misalnya, telah mengumumkan ekspansi pusat data yang siap mendukung AI di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dengan penerapan teknologi pendingin canggih seperti liquid immersion cooling dan direct-to-chip cooling.
Dengan harga listrik yang kompetitif dibandingkan negara tetangga seperti Thailand dan Singapura, serta letak geografis yang strategis, posisi Indonesia tentu semakin menarik bagi investor global yang ingin mengembangkan infrastruktur digital mereka di kawasan Asia-Pasifik. | uk.finance.yahoo.com