Jakarta, PropertyTimes.id – Ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran tak bisa dipungkiri turut memicu kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi global, tak terkecuali Indonesia. Meski dampaknya tidak langsung, namun lonjakan harga minyak mentah dunia akibat konflik ini berpotensi menahan laju penurunan suku bunga acuan, yang selama ini menjadi harapan bagi pasar properti domestik. Dalam situasi saat ini, banyak calon pembeli rumah yang bertanya-tanya, apakah konflik Timur Tengah akan memengaruhi suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Indonesia?
Sejarah mencatat bahwa setiap lonjakan harga minyak biasanya diikuti oleh peningkatan inflasi. Di Indonesia, bahan bakar minyak (BBM) memiliki bobot signifikan dalam perhitungan inflasi dan harga kebutuhan pokok. Jika harga minyak dunia menembus level tinggi secara konsisten, tekanan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan neraca perdagangan akan meningkat.
Kondisi ini pada akhirnya mempersulit langkah Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate), yang selama ini menjadi instrumen untuk mendorong pembiayaan rumah dan pertumbuhan sektor properti.
BACA JUGA: Bank Indonesia Perkuat Stabilisasi Nilai Tukar Akibat Tekanan Global
Banyak pengamat menyebutkan, salah satu risiko utama dari konflik geopolitik adalah lonjakan harga energi yang memicu inflasi impor. Karena itu, jika tekanan inflasi meningkat, maka ruang bagi pelonggaran moneterpun akan semakin sempit.
Diketahui, suku bunga KPR di Indonesia umumnya mengikuti pergerakan suku bunga acuan Bank Indonesia dan tren imbal hasil obligasi negara. Dengan ekspektasi pasar sebelumnya bahwa suku bunga akan turun di paruh kedua 2025, eskalasi konflik di Timur Tengah dapat mengubah arah ekspektasi tersebut.
Pengembang properti di Indonesia menyadari bahwa sensitivitas pasar terhadap suku bunga sangat tinggi. “Ketika suku bunga tinggi, minat beli rumah turun. Ini bukan hanya soal cicilan lebih besar, tapi juga soal psikologi pasar,” ujar salah satu eksekutif pengembang properti nasional.
Seberapa Besar Risikonya?
Melansir Financial Post, dua konflik besar sebelumnya yaitu Perang Irak 2003 dan Perang Teluk 1990 memang menyebabkan lonjakan harga minyak. Namun, dampaknya terhadap suku bunga ternyata terbatas, karena inflasi tidak bertahan lama dan respons kebijakan moneter relatif tenang.
Situasi hari ini pun serupa. Kenaikan harga minyak mentah Brent dan WTI sejak pecahnya konflik Israel vs Iran belum menunjukkan pola jangka panjang. Para analis meyakini bahwa jika perang tidak meluas, maka efeknya terhadap inflasi global cenderung bersifat sementara.
Namun bagi Indonesia, ketergantungan terhadap impor minyak tetap menjadi kerentanan struktural. Bisa dipastikan, jika harga minyak naik 20 ssampai 30 persen dalam waktu singkat, dampaknya langsung terasa ke biaya energi, logistik, dan subsidi negara.
Bagaimana dengan sektor properti? Sampai saat ini, Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50 persen. Pasar berharap pemangkasan akan dilakukan di kuartal ketiga atau keempat tahun ini. Namun, jika ketegangan Timur Tengah terus menekan pasar minyak dan mendorong inflasi, peluang penurunan suku bunga bisa tertunda.
Dalam jangka pendek, dampak terhadap suku bunga KPR mungkin tidak langsung. Namun, ketidakpastian global dapat membuat bank-bank lebih konservatif dalam menetapkan suku bunga kredit, termasuk KPR. “Jika suku bunga tidak turun, sejumlah pengembang bisa jadi akan menunda peluncuran proyek baru, dan biasanya konsumen memilih menahan untuk membeli,” ujar salah seorang pengembang kepada PropertyTimes.id.
Sementara itu, sekitar 70 sampai 80 persen pembelian rumah baru di Indonesia masih mengandalkan pembiayaan KPR. Artinya, ketidakpastian bunga sangat memengaruhi keputusan pembelian rumah.
Secara umum, meski ada tekanan global, pelaku pasar tetap berharap bahwa fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat untuk menjaga stabilitas. Terlebih, jika perang tidak meluas dan tekanan harga minyak bersifat sementara, pelonggaran suku bunga masih mungkin saja terjadi di akhir tahun. Semoga!





