Jakarta, Propertytimes.id – Sampai dengan awal tahun 2025, belum terlihat lonjakan signifikan dalam pasokan lahan industri baru di wilayah Jabodetabek. Namun, sejumlah kawasan mulai menunjukkan arah pertumbuhan yang menjanjikan. Salah satunya Subang, yang kini mencuat sebagai magnet baru investasi industri, khususnya setelah menarik masuk produsen kendaraan listrik asal Tiongkok.
Posisi Subang kian strategis dengan beroperasinya Pelabuhan Patimban. Infrastruktur ini memperkuat daya saing kawasan tersebut sebagai alternatif baru selain pusat-pusat industri konvensional seperti Bekasi dan Karawang.
Berdasarkan data Colliers Indonesia, total penjualan lahan industri sepanjang kuartal I-2025 tercatat sebesar 54,06 hektare. Meski mengalami koreksi dibanding kuartal sebelumnya, angka ini masih lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu. Volume transaksi tertinggi terjadi di Greenland International Industrial Center (GIIC), dengan total penjualan 14,2 hektare. Dari jumlah tersebut, dua operator data center mendominasi dengan pembelian seluas 12,2 hektar, sementara sisanya diserap oleh perusahaan pengolahan makanan.
“Dari sisi sektoral, data center masih menjadi penggerak utama permintaan lahan, disusul oleh sektor tekstil, peralatan kantor, bahan bangunan, pengolahan makanan, serta logistik dan pergudangan,” ujar Ferry Salanto, Head of Research Colliers Indonesia dalam keterangan tertulisnya, Rabu (25/6). Dirinya menambahkan, tren permintaan dari sektor data center dan logistik diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir tahun.
Menariknya, di tengah dinamika geopolitik, terutama ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, peta industri manufaktur global mengalami pergeseran signifikan. Kebijakan tarif tinggi terhadap ekspor dari Tiongkok ke AS membuat banyak perusahaan multinasional mempertimbangkan relokasi ke negara dengan biaya produksi lebih kompetitif dan posisi netral secara geopolitik. Vietnam, Thailand, dan Indonesia kini masuk dalam radar utama sebagai tujuan relokasi industri.
Dampak dari pergeseran ini mulai terasa di pasar properti industri nasional. Permintaan terhadap lahan pabrik, gudang, dan fasilitas logistik mengalami peningkatan, yang diperkirakan akan terus mendorong kenaikan harga, terutama di kawasan dengan pasokan terbatas.
“Agar mampu bersaing dalam lanskap baru rantai pasok global, Indonesia dihadapkan pada keharusan melakukan reformasi struktural,” pungkasnya.
Karena itu, harapnya, penyederhanaan prosedur perizinan, percepatan pembangunan infrastruktur, serta pemberian insentif fiskal yang lebih atraktif menjadi langkah krusial untuk memperkuat daya saing kawasan industri nasional di tengah kompetisi kawasan yang semakin ketat.





