Jakarta, PropertyTimes.id – Indonesia kini berada dalam lintasan pertumbuhan pasar properti mewah yang menjanjikan. Namun, agar dapat bersaing di panggung global, pengembang lokal tidak cukup hanya mengandalkan lokasi dan desain. Mereka harus mampu membangun narasi yang kuat, layanan kelas dunia, dan kredibilitas yang diakui secara internasional.
Hal tersebut disampaikan oleh Daniel Peros, Vice President of Global Operations di Luxury Portfolio International®, dalam wawancara eksklusif dengan PropertyTimes.id. Daniel menekankan bahwa pasar properti mewah telah berevolusi. “Saat ini, pembeli properti kelas atas, terutama generasi muda, tidak hanya mencari bangunan. Mereka mencari janji hidup – gaya hidup sehat, kenyamanan, keaslian lokal, dan keberlanjutan,” kata Daniel.
Peros menyarankan bahwa pengembang Indonesia perlu fokus pada tiga aspek utama untuk menembus pasar global dimulai dari storytelling yang kuat, pengalaman pelanggan kelas dunia, dan bukti nyata keberlanjutan. “Brand storytelling menjadi sangat penting. Apa yang membedakan proyek Anda dari yang lain? Apa makna emosional yang Anda tawarkan kepada pembeli?” ujar Daniel.
Fitur-fitur seperti sertifikasi keberlanjutan kini bukan sekadar nilai tambah, tetapi ekspektasi. Proyek dengan sertifikasi EDGE atau LEED, menurut data Luxury Portfolio, dapat mencatat tingkat penyerapan pasar hingga 18% lebih tinggi. “ESG (Environmental, Social, Governance) bukan tren, tapi kebutuhan,” tegasnya.
BACA JUGA: Properti Mewah Indonesia Dilirik Dunia, Bali dan Lombok Jadi Magnet Baru Investasi Global
Untuk memberikan layanan terbaik, pengembang disarankan menyematkan layanan bernuansa perhotelan, mulai dari sistem digital seamless, layanan pascapenjualan, hingga pengalaman visual interaktif. “Pengalaman membeli harus sama mewahnya dengan properti itu sendiri,” imbuhnya.
Daniel juga menyebut pentingnya kolaborasi dengan jaringan global. “Bermitra dengan jaringan internasional seperti Luxury Portfolio International® akan meningkatkan kepercayaan pasar luar dan memperluas eksposur global. Ini bukan soal menjual, tapi soal membangun reputasi,” katanya.
Menurutnya, Global Property Expo 2025 di Singapura menjadi ajang strategis bagi pengembang Indonesia untuk tampil di panggung dunia. Menurut Daniel, proyek-proyek dari Bali, Lombok, hingga kawasan IKN sangat potensial untuk menarik minat HNWI dari Singapura, Australia, hingga Tiongkok, terlebih lagi jika dikemas dengan narasi keberlanjutan dan keunikan budaya lokal.
Dalam jangka pendek, Daniel menyarankan agar pengembang lebih selektif dalam mengembangkan proyek seperti fokus pada lokasi premium, legalitas yang jelas, dan manajemen profesional. “Jangan sekadar membangun cepat. Bangun yang bernilai dan tahan lama,” ujarnya.
Prospek Indonesia juga diperkuat oleh peningkatan jumlah ultra-high-net-worth individuals (UHNWI) yang diproyeksikan tumbuh 40% hingga tahun 2027. Ditambah dengan percepatan proyek infrastruktur dan relokasi ibu kota negara, sehingga menjadikan potensi pertumbuhan properti mewah semakin kokoh. “Indonesia tengah berada di titik balik strategis. Jika pengembang dapat memadukan kualitas, cerita, dan koneksi global, maka pasar dunia tentu akan membuka diri,” tutup Daniel.