Jakarta, Propertytimes.id – Sektor properti khususnya subsektor apartemen sewa tampaknya masih belum menunjukkan tanda-tanda kenaikan. Apalagi sektor ini sedang dihantam pandemi Covid-19. Dalam risetnya, Cushman and Wakefield Indonesia menunjukkan bahkan belum ada pasokan pada apartemen sewa di kuartal II/2020. Bahkan ada beberapa proyek yang menunda jadwal operasionalnya akibat pandemi. Diantaranya seperti Intercontinental Residence di Pondok Indah, Somerset Kencana, dan Somerset Sudirman yang rencananya akan beroperasi di kuartal III dan IV tahun ini.
Penurunan juga terjadi pada permintaan apartemen servis di kuartal ini sebesar 17,7% QoQ, sementara tingkat hunian secara umum sub-sektor ini menurun ke 43,2%. Operator apartemen servis merasa kesulitan untuk mendapatkan permintaan baru di saat ekspatriat lebih memilih menunda atau membatalkan rencana sewa baru. Hal ini dikarenakan implementasi pembatasan perjalanan ke Indonesia. Serta mereka masih berada di negara asal sejak perusahaannya menunda aktivitas kerja selama pandemi.
Harga Sewa Apartemen Sewa Tertekan
Cushman and Wakefield menilai harga sewa rata-rata pada apartemen sewa dan servis tidak mengalami perubahsan selama kuartal II/2020. Sebagian besar dikarenakan transaksi yang masih sedikit. Ada Rp241.550 dan Rp370.431 /m2 per bulannya. Pada apartemen sewa mengalami penurunan harga sebesar 11,3% dari kuartal sebelumnya menjadi Rp165.509/m2 per bulan, disebabkan tingginya angka unit yang tersedia sehingga terjadi kompetisi dengan sedikitnya permintaan.
“Kami memperkirakan harga sewa dari apartemen servis untuk tetap bergerak lamban hingga akhir 2020 yang dikarenakan oleh rendahnya permintaan akomodasi sewa sebagai dampak dari pembatasan perjalanan selama pandemi,” ungkap Executive Director Cushman and Wakefield Indonesia Lini Djafar dalam keterangan resmi, Kamis (13/8/2020).
Sementara tingkat hunian apartemen servis berada di level terendah pada bulan April dan Mei 2020, tetapi mengalami sedikit permintaan baru dari tamu jangka pendek untuk staycation atau bisnis di bulan Juni. Hal ini dikarenakan pelonggaran pembatasan perjalanan lokal dan bisnis serta diperkirakan terus berlanjut pada kuartal selanjutnya.
Sama halnya dengan apartemen sewa yang penghuninya tidak melanjutkan kotrak sewa dan penundaan beberapa kontrak sewa baru. Tingkat hunian di akhir kuartal II tercatat 59,8% atau turun 4,3% dibanding dengan kuartal sebelumnya. Sementara ada beberapa proyek apartemen sewa yang berhasil mempertahankan tingkat hunian yang lebih tinggi, dikarenakan kontrak jangka lebih dari 1 tahun. Dengan begitu tingkat hunian di subsektor ini diprediksi stabil hingga akhir tahun 2020.
“Pemulihan permintaan dan harga sewa pada segmen apartemen servis bergantung pada kembalinya ekspatriat dan dibukanya kembali perjalanan bisnis. Hingga saat itu, operator apartemen servis perlu memitigasi biaya operasional melalui berbagai pengurangan harga sewa dan persyaratan sewa yang lebih fleksibel,” kata Lini. SA