Jakarta, propertytimes.id – Beberapa hari terakhir, publik di Indonesia diramaikan dengan hadirnya sosok miliarder baru berusia muda bernama Nico Po. Berdasarkan Bloomberg Billionaires Index, Chief Executive Officer (CEO) PT Pollux Properti Indonesia ini disebut memiliki kekayaan bersih hingga mencapai US$ 3,6 miliar atau setara Rp 50,81 triliun.
Yang menjadi perhatian, kekayaan Nico melonjak drastis sejak harga saham Pollux Properti Indonesia (Poll) melesat tinggi hingga hampir mencapai 500% dalam hitungan beberapa bulan saja. Bahkan perusahaan ini menjadi emiten dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di antara emiten properti lainnya seperti PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) PT Ciputra Development Tbk (CTRA), dan PT Lippo Karawaci Tbk (LKPR). Padahal, dilihat dari jam terbang, Pollux adalah emiten yang baru mencatatkan saham perdananya pada 11 Juli 2018 lalu.
Pencapaian saham POLL yang luar biasa tersebut sampai-sampai membuat media bisnis internasional, Bloomberg mencatat, bahwa pencapaian tersebut merupakan yang terbesar di antara lebih dari 4.700 saham yang tercatat di Bloomberg World Index, sekaligus menggenjot valuasi Pollux menjadi 34 kali aset bersih, atau 10 kali lebih tinggi dari rata-rata industri di Indonesia. Dalam sebuah artikelnya berjudul “Mysterious Stock Surge Produces Indonesia’s Newest Billionaire“, Bloomberg menulis, setidaknya ada beberapa analis yang justru meragukan kenaikan fundamental tersebut. Salah satunya, disampaikan oleh Christopher Andre Benas, seorang analis di RHB Research Institute, yang mengatakan jika penilaian itu tidak masuk akal. Nico sendiri kepada Bloomberg mengaku, jika semacam ada kekhawatiran sebelumnya apakah pihaknya dapat melaksanakan apa yang telah mereka janjikan kepada pelanggan. “Akan tetapi kami telah membuktikannya,” ujar Nico Po.
Dikonfirmasi propertytimes.id, Nico memilih irit bicara terkait pemberitaan dan posisinya sebagai miliader baru Indonesia tersebut. Menurut Nico, saat ini dirinya memilih untuk tetap fokus dalam mensukseskan proyek-proyek yang dikembangkan oleh Pollux Properti Indonesia.
Baca Juga : KONSISTEN DAN INSPIRATIF, DEVELOPER MUDA INI DIANUGERAHI CEO OF THE YEAR 2019
Miliarder urutan ke 6
Setiap tahunnya, Majalah Forbes asal Amerika Serikat merilis daftar nama orang-orang terkaya di seluruh dunia, dimana didalamnya termasuk miliarder asal Indonesia. Berdasarkan data dari Forbes World’s Billionaires 2019, Budi Hartono (US$18,6 miliar) dan Michael Hartono (US$18,5 miliar) masih menetap di posisi pertama sebagai orang paling kaya di Indonesia. Total kekayaan yang dimiliki menyentuh angka US$37,1 miliar atau setara dengan Rp519,4 triliun.
Dengan kata lain, jika harta kekayaan yang dimiliki Nico Po saat ini tercatat sebesar US$ 3,6 miliar atau setara Rp 50,81 triliun, maka sebagai pendatang baru, posisi Nico langsung menyodok diurutan ke 6 sebagai orang terkaya di Indonesia, sedikit dibawah Chairul Tanjung dengan kekayaan yang mencapai US$3,7 miliar dan unggul tipis dari Prajogo Pangestu dengan kekayaan mencapai US$3,5 miliar.
Membangun proyek berkelas internasional
Sebagai CEO, Nico Po bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengoperasian, serta penerapan strategi dan kebijakan PT Pollux Properti Indonesia, Tbk. Didirikan pada tahun 2013, Pollux Properti Indonesia yang merupakan anak Pollux Properties Group ini telah banyak membangun proyek berkelas internasional yang terintegrasi dengan segala fasilitas penunjangnya. Di Singapura, beberapa proyek yang dimiliki antara lain Park Residences Kovan, Metro Loft, Garden Park Residences, Berkeley Residences, Mayfair Residences, MacDonald House Orchard, serta Louis Kienne Serviced Residences Havelock.
“Pollux Properti Indonesia berambisi untuk menjadi sebuah perusahaan multinasional terkemuka yang menciptakan pengembangan properti mewah dan dapat menjadi icon di setiap kawasan yang nantinya akan dibangun,“ ucap pria murah senyum ini, optimis.
Kesuksesan Pollux mengembangkan sejumlah proyek di negeri Singa, mengantarkan Pollux untuk melirik Indonesia dan melebarkan ekspansi usahanya di luar singapura. Terlebih, bagi Nico, potensi bisnis properti di Indonesia sangat prospektif, mengingat tingkat kebutuhan hunian di sini masih cukup tinggi. Dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 230 juta jiwa, kebutuhan masyarakat untuk memiliki hunian tentunya sangatlah besar. Hal ini, sejalan dengan visi dari Pollux Properti Indonesia untuk memberikan masyarakat Indonesia hunian modern berkonsep integrated living.
Di Indonesia, Proyek Pollux pertama berlokasi di Semarang. Di sini, Pollux mengembangkan Paragon Mall, Crowne Plaza Hotel, Central City Mall, WR Simpang Lima, The Pinnacle Residences, Marquis de Lafayette, Louis Kienne Simpang Lima Hotel, Louis Kienne Pandanaran Hotel, Louis Kienne Pemuda Hotel, dan Merbabu Hotel. Menyusul berikutnya di Lombok dengan membangun Amarsvati Integrated Resorts serta perkantoran World Capital Tower di Kawasan mega Kuningan, Jakarta, – Joint venture antara Pollux Properties bersama Mega Kuningan International Group.
Portofolio lainnya adalah Chadstone Mega Superblock di Cikarang, Pollux Gangnam District di Bekasi, Meisterstadt Pollux Habibie di Kota Batam yang bekerja sama dengan Keluarga besar Presiden Republik Indonesia ke 3, (Alm) B.J Habibie serta Pollux Technopolis di Karawang. Kerja keras ini pula yang akhirnya membawa perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar Rp54.28 triliun (3 Oktober 2019) tersebut menjadi salah satu pengembang dengan pertumbuhan cukup cepat melalui berbagai portofolionya, bahkan mengalahkan kapitalisasi emiten yang sudah lama bercokol di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kiki