Jakarta, Propertytimes.id – Tak bisa dipungkiri, situasi pandemi Covid-19 cukup membuat sektor industri perhotelan di Indonesia menjadi terpuruk sepanjang kuartal pertama tahun ini. Salah satu penyebabnya disebut-sebut adanya kebijakan pembatasan berskala besar, pembatasan perjalanan, serta penutupan berbagai kegiatan sehingga membuat prospek perhotelan melemah.
Guna mengatasi penurunan tersebut, sejumlah pengelola hotel pun berupaya melakukan berbagai strategi. Diantaranya, memberlakukan protokol kesehatan sebelum pengunjung menginap di hotel, promo tarif, shift karyawan serta pembatasan jumlah kamar. Sayangnya strategi ini dirasa masih belum juga cukup untuk mengangkat kondisi perhotelan.
Pemerintah sendiri sebelumnya telah mengeluarkan paket stimulus untuk membantu pertahanan perekonomian dalam menghadapi Covid-19. Stimulus tersebut disampaikan melalui Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
Stimulus juga dilakukan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 44/PML/03/2020 yang berisi pengaturan pemberian insentif subsidi PPh 21, pembebasan PPh Pasal 22 Impor, dan Pengurangan PPh Pasal 25 sebesar 30%. Namun, lagi-lagi, stimulus ini justru seperti tidak berpengaruh kepada bisnis perhotelan.
“Stimulus dan bantuan dari pemerintah untuk dunia perhotelan sangat diperlukan untuk membantu agar industri ini tetap hidup,” kata Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia, perusahaan konsultan properti, Ferry Salanto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, 9 Juli 2020.
Ferry menuturkan, bahwa keseragaman aturan, kebijakan dan protokol di semua lini sehingga dapat menarik minat wisatawan asing untuk kembali berkunjung ke Indonesia, baik untuk perjalanan bisnis maupun berlibur. “Yang paling penting adalah bagaimana pemerintah menanggulangi pandemi ini tetap menjadi yang utama,” katanya. Karena itu, sebut Ferry, kerja sama dan koordinasi antara pemerintah pusat, pemda dan pelaku pariwisata sangat diperlukan untuk dapat mendukung pemulihan ekonomi. SA