Jakarta, Propertytimes.id – Emiten properti PT Perintis Triniti Properti Tbk memberikan jawaban resmi atas permintaan penjelasan lanjutan yang diterima dari Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 Februari 2025. Berdasarkan keterbukaan informasi BEI, melalui surat yang ditujukan kepada BEI, Perseroan menjelaskan beberapa poin terkait perubahan kontraktor utama, pendapatan dari penjualan real estat, arus kas operasional, serta strategi pelunasan utang.
Salah satu poin penting dalam surat balasan yang diwakili oleh Direktur Utama PT Perintis Triniti Properti Tbk. Ishak Chandra tersebut adalah penjelasan mengenai pergantian kontraktor utama dari PT Totalindo Eka Persada menjadi PT Nusa Cipta Indonesia. Perseroan menyatakan bahwa perubahan ini terjadi akibat pengunduran diri PT Totalindo. Dalam proses tersebut, Perseroan melakukan tender ulang dan akhirnya menunjuk PT Nusa Cipta Indonesia sebagai kontraktor utama untuk Proyek Marc’s Boulevard.
BACA JUGA: Triniti Land Bangun Hunian Berkonsep Introvert House di Sentul
Terkait pendapatan real estat, Perseroan melaporkan bahwa hingga 30 September 2024, pendapatan yang diperoleh dari anak perusahaan, PT Triniti Menara Serpong, mencapai Rp 193,6 miliar. Rincian unit real estat yang diakui pendapatannya akan disampaikan dalam lampiran terpisah. Sementara, untuk proyek Collins Boulevard, yang dimulai pembangunannya pada tahun 2020, saat ini masih dalam proses pembangunan Tower II – The Scott, yang diperkirakan akan selesai pada tahun 2026.
Dalam hal arus kas, Perseroan mengakui adanya defisit operasional yang disebabkan oleh banyaknya proyek yang masih dalam tahap pembangunan dan proses persetujuan KPR yang memakan waktu. Rata-rata proses tersebut berkisar antara 1 hingga 3 bulan untuk analisa kelayakan nasabah, diikuti dengan pencairan dana dari bank yang dapat memakan waktu hingga 12 bulan.
Perseroan juga menanggapi pertanyaan mengenai strategi pelunasan utang kepada PT Multi Garam Pionir (MGP) yang akan jatuh tempo pada tahun 2026. Meskipun arus kas operasional saat ini masih defisit, Perseroan optimis bahwa dengan peningkatan penjualan dan efisiensi biaya, mereka dapat memenuhi kewajiban tersebut. Sementara, jika arus kas tidak mencukupi, Perseroan berencana untuk mencari alternatif pembiayaan melalui lembaga keuangan atau melakukan perpanjangan jangka waktu pinjaman.