Jakarta, propertytimes.id – Bisnis properti juga tak lepas dari mitos yang selama ini dianggap oleh sebagian orang benar. Mitos-mitos tersebut biasanya berkaitan dengan bangunan baik interior atau eksterior bangunan.
Menurut hasil eksperimen sosiologi, mahluk hidup (termasuk manusia) cenderung mempertahankan tradisi (kebiasaan) tanpa berusaha mencari tahu kebenaran atas kebiasaan tersebut. Begitu pula halnya dengan feng shui dalam dunia properti yang kerap mendapat kontaminasi dari mitos-mitos yang sudah menjadi tradisi. Padahal menurut para pakar, feng shui merupakan suatu ilmu berdasarkan logika alias logis, yang berasal dari pengamatan dan analisa akan keselarasan lingkungan dalam kehidupan manusia. Tak terkecuali dalam bisnis properti.
Salah satu yang menjadi mitos atau aturan feng shui dalam dunia properti yang masih banyak diyakini sampai sekarang adalah jumlah anak tangga di sebuah rumah. Banyak pihak meyakini, jika jumlah hitungannya harus mengikuti urutan hitungan siklus kehidupan; lahir, tua, sakit, dan mati. Supaya tidak membawa musibah maka jumlahnya harus berhenti pada hitungan lahir atau tua. Maka jumlah anak tangga yang baik menurut prinsip tersebut adalah 17, 18, 21 ataupun 22.
Namun, banyak orang yang beranggapan bahwa prinsip tersebut dianggap mengada-ada dan tidak benar. Sebab, secara logika, panjang dan jumlah anak tangga ditentukan oleh jarak tinggi antar lantai dan sudut kemiringan tangga. Semakin terjal sudut kemiringan tangga maka semakin sedikit jumlah anak tangganya.
Tinggi anak tangga yang ideal untuk orang Asia menurut pakar arsitektur adalah 15cm. Jika terlalu tinggi akan menyulitkan melangkah serta membuat lelah, sementara kalau terlalu rendah membuat orang tidak sabar ingin melampaui 2 atau 3 anak tangga sekaligus, bisa berbahaya.
Selain mitos mengenai anak tangga, berikut beberapa mitos atau aturan fengshui yang umum dipercaya oleh sebagian masyarakat, di antaranya rumah tusuk sate. Mitos mengenai kesialan yang ditimbulkan oleh posisi atau letak rumah tegak lurus dengan hamparan jalan di depannya, atau sering dikenal dengan rumah tusuk sate, menjadi adu opini tak berujung. Kendati pemikiran rasional berusaha menjauhkan kepercayaan yang berlebihan terhadap mitos ini, namun masih banyak orang yang meyakini bahwa posisi rumah seperti ini tidak direkomedasikan untuk dibeli atau dimiliki.
Sebab, rumah dengan posisi seperti ini, biasanya jarang peminat karena identik dengan angker, sial, dan mengandung hawa panas, serta orang yang menempati akan sering tertimpa musibah. Akibatnya beberapa orang sampai takut jika harus tinggal di dalamnya.
Sayangnya karena terlalu lama tertanam di kehidupan masyarakat, membuat mitos ini diyakini dengan betul. Padahal rumah yang berada di tusuk sate bisa juga membawa keberuntungan dengan metode yang tepat serta hal tersebut tidak sepenuhya mitos, melainkan bisa dijelaskan dengan akal. Jadi, sesuatu yang tidak logis bukan merupakan prinsip feng shui yang benar. Sebagai contoh, bangunan tusuk sate banyak dihindari oleh calon pembeli, hal ini bisa dijelaskan secara logika.
Bila dijelaskan menurut akal, bangunan tusuk sate itu bisa diibaratkan sebagai sebuah palung berisi udara. Akibatnya, tiupan angin yang kencang dan aliran arus kendaraan akan menerjang bangunan yang berada di ujung jalan alias bangunan tusuk sate tersebut, sehingga energi di dalamnya bergetar tidak tenang dan membawa pengaruh kurang baik bagi penghuninya.
Kilau dan sorot lampu kendaraan di malam hari, deru suara kendaraan yang membelok di depan bangunan, juga gangguan asap buangan kendaraan berpotensi mengganggu kenyamanan bagi penghuninya. Belum lagi potensi risiko diseruduk kendaraan yang berjalan kencang atau karena pengendaranya mengantuk.
Namun, tak perlu khawatir. Ada banyak cara untuk mencegah terjadinya hal buruk yang tidak diinginkan. salah satu caranya dengan menutupi akses masuk hunian dengan berbagai pepohonan yang rindang dan rimbun. Selain itu, meninggikan tanah sebelum mendirikan rumah juga sangat diperlukan. Dengan meninggikan tanah kurang lebih dengan tinggi 1,5 meter, maka aliran chi akan menabrak tanah yang ditinggikan, sehingga tidak akan merusak chi di dalam rumah. Cara yang lain adalah dengan membuat pintu serong. Dengan cara-cara tersebut, nasib sial yang disajikan rumah tusuk sate bisa dihindari.
Trik lain untuk mengatasi gangguan tusuk sate, adalah membangun tembok penghalang di antara jalan yang menusuk dan rumah. Tembok seperti itu disebut zhaobi, fungsinya sama seperti pagar. Bedanya jika pagar memiliki lubang di sana-sini, tembok zhaobi sangat solid. Padatnya dinding membuat pemandangan di depan rumah tertutup rapat. Dengan begitu gangguan yang timbul karena bentuk tusukan, pemandangan aliran air deras yang lurus menusuk, sudut atap atau tembok rumah tetangga yang runcing, sapuan sinar lampu kendaraan, debu dan asap kendaraan, dapat teratasi untuk sementara waktu.
Naga dan macan
Sampai sekarang banyak penganut feng shui yang meyakini pintu utama rumah harus berada di sisi naga (kiri), tidak boleh terletak di posisi macan (kanan). Sebelah kanan tidak boleh lebih tinggi dari sebelah kiri, dengan kata lain rumah yang bisa mendatangkan keberuntungan adalah yang carport-nya berada di sebelah kanan rumah. Sebab, menurut pakar feng shui, naga adalah simbol dari mata angin timur dan macan adalah simbol dari mata angin barat.
Sebenarnya, konsep naga dan macan tersebut awalnya dari negara Tirai Bambu, Tiongkok. Hal tersebut bermula, karena negeri Tiongkok berada di belahan bumi utara, jadi arah hadap rumah yang ideal pada jaman dulu adalah hadap selatan untuk mendapatkan udara yang hangat dan nyaman sepanjang tahun ( jaman dulu belum ada penghangat ruangan listrik). Sehingga dengan sendirinya timur berada di sebelah kiri, dan barat berada di sebelah kanan.
Matahari terbit dari timur lalu tenggelam di barat. Terbitnya matahari ini dianggap memberikan harapan dan kehidupan (dipersonifikasikan sebagai naga), sementara tenggelamnya matahari dianggap menimbulkan kegelapan dan ketakutan (dipersonifikasikan sebagai macan, yang keluar mengancam manusia di waktu malam (karena saat itu gelap, listrik belum ditemukan). Begitulah awal mulanya tradisi tersebut bertahan sampai sekarang.
Tidak adanya angka 4 dan 13
Pada umumnya, angka-angka disusun berurutan mulai dari satu, dua, tiga, empat, lima, enam, dan seterusnya untuk bilangan asli. Namun, berbeda dengan angka-angka di dalam lift pada gedung-gedung tinggi yang kebanyakan tak ada angka 4 maupun angka 13.
Nah, ketiadaan lantai-lantai berbau angka empat tersebut biasanya dipoles dengan perloncatan lantai atau menggantinya dengan angka yang lain. Perloncatan lantai misalnya dari lantai 3 langsung ke lantai 5 (lantai 4 ada, tapi memang sengaja dikosongkan). Atau dari lantai 13 (ini biasanya juga nggak ada karena dianggap sial) langsung ke lantai 15 dan seterusnya. Tapi nggak semua hotel begitu juga. Ada yang mengakali lantai 4 dengan substitusi nomor lantai. Biasanya angka empat digantikan dengan gabungan angka dan huruf seperti lantai 3A dan lain sebagainya.
Mitos tersebut tak terlepas dari sebagian masyarakat Indonesia yang berkiblat pada budaya chinese atau Tionghoa memiliki kepercayaan soal fengshui. Angka 4 bila diartikan hanya memiliki kaki satu atau angka ini model seperti kursi terbalik. Jadi, bila diartikan tak seimbang, sehingga angka ini pun dinilai tidak bagus untuk kedudukan dan jabatan karena ditengarai bisa menyebabkan jabatan yang dimiliki akan turun atau jatuh.
Tidak berhenti sampai situ, pada pelafalan bahasa China, angka 4 dibaca shi yang jika diartikan bisa bermakna mati. Beda lagi dengan pelafalan bahasa Jepang, empat justru bermakna kesedihan. Jadi, karena hal-hal itulah, angka empat dianggap tabu untuk digunakan karena ditengarai nggak membawa keberuntungan.
Sedangkan untuk angka 13, juga dianggap sebagai angka yang tidak beruntung, alasan dibalik itu semua cukup sederhana. Alasannya adalah angka 1 dan 3 apabila digabungkan akan membentuk angka 4 yang memiliki sedertan arti yang tidak menguntungkan tersebut. Begitu pula dengan angka lain yang memiliki hasil yang sama apabila dijumlahkan. Seperti angka 22, 31 dan bahkan 40 yang dijumlahkan akan berakhir di angka 4. Boleh percaya boleh tidak lho. Berbagai sumber