Singapura, Propertytimes.id – Meski pasar properti di Singapura disebut-sebut dalam kondisi melambat akibat kebijakan pendinginan (cooling measures), namun kalangan ultra-kaya dari negeri singa justru terlihat aktif berinvestasi di luar negeri, khususnya di Dubai, Uni Emirat Arab.
Dilansir dari The Business Times, Dubai mencatat penjualan 111 properti residensial mewah senilai lebih dari US$10 juta (sekitar Rp161,6 miliar, kurs Rp16.160 per dolar AS) pada kuartal pertama 2025. Sepanjang 2024, jumlah transaksi rumah mewah serupa mencapai 435 unit dengan total nilai US$6,9 miliar (sekitar Rp111,5 triliun), sekaligus menempatkan Dubai sebagai pasar properti mewah tersibuk di dunia selama dua tahun berturut-turut. Angka ini bahkan hampir menyamai gabungan penjualan properti sejenis di London (224) dan New York (269).
Sebagai perbandingan, Singapura hanya mencatat 89 penjualan properti mewah senilai total US$1,4 miliar (sekitar Rp22,6 triliun) pada 2024, membuatnya berada di posisi ke-10 global. Dalam laporan Destination Dubai 2025 yang dirilis Knight Frank bersama YouGov, sebanyak 44 persen dari 387 individu berpendapatan tinggi (HNWI) asal Singapura mengaku tertarik membeli properti di Dubai.
Sementara itu, 17 persen lainnya masih mempertimbangkan. Rata-rata responden memiliki kekayaan bersih sekitar US$22 juta (sekitar Rp355 miliar). “Minat tertinggi untuk pembelian properti di UEA datang dari kalangan dengan kekayaan terbesar, mencerminkan keberhasilan program pemerintah dalam menarik para orang kaya dunia untuk tinggal dan berinvestasi di sana,” kata Faisal Durrani, Partner dan Kepala Riset Kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara Knight Frank.
Secara global, 61 persen HNWI menyatakan ingin memiliki rumah pribadi di Dubai—melonjak dari 31 persen dalam laporan sebelumnya. Sekitar seperempat dari mereka membeli dengan tujuan investasi atau meraih capital gain. Tak hanya itu, 83 persen dari HNWI global bahkan tertarik membeli tanah untuk membangun rumah sesuai selera mereka.
BACA JUGA: Singapura Peringkat Kedua di Dunia dalam Hal Investasi Lahan Lintas Batas
Lonjakan minat tersebut turut mendongkrak harga properti. Knight Frank mencatat harga rata-rata properti di Dubai naik 19,1 persen menjadi 1.685 dirham (sekitar Rp7,2 juta) per kaki persegi pada 2024, atau 13,3 persen di atas puncak harga tahun 2014. Harga jual vila bahkan melonjak 19,6 persen year-on-year menjadi 2.088 dirham (sekitar Rp8,9 juta) per square foot di akhir kuartal I-2025 atau lebih dari dua kali lipat dibanding kuartal I-2020.
Adapun, tipe properti seperti vila mandiri, rumah tepi pantai, dan hunian berlabel (branded residences) menjadi incaran karena memberikan akses instan ke gaya hidup Dubai. Rata-rata anggaran yang disiapkan HNWI global untuk membeli rumah di Dubai mencapai US$32 juta (sekitar Rp517,1 miliar), menegaskan tingginya daya beli segmen ini dan potensi besar pasar properti mewah Dubai ke depan.