Singapura, Propertytimes.id – Perusahaan investasi Lyon Investments akhirnya meningkatkan tawaran untuk membeli saham Sinarmas Land yang terdaftar di Bursa Singapura (SGX) sebesar 21%, dari 31 sen menjadi 37,5 sen Singapura per saham. Dilansir dari laman portal berita The Straits Times, langkah ini diambil setelah kritik dari pemegang saham minoritas yang menilai tawaran sebelumnya terlalu rendah.
Dengan peningkatan ini, maka nilai total akuisisi mencapai sekitar S$1,6 miliar atau sekitar Rp19 triliun (dengan asumsi kurs S$1 = Rp11.875). Penutupan penawaran juga diperpanjang dari 14 Mei menjadi 29 Mei 2025.
Diketahui, Sinarmas Land adalah salah satu pengembang properti terbesar di Indonesia dan bagian dari konglomerat Sinarmas yang juga memiliki Golden Agri-Resources. Per 9 Mei, Lyon Investments telah menerima persetujuan dari pemegang saham yang mewakili 23,85% saham Sinarmas Land, sehingga total kepemilikan mereka mencapai 94,15%. Dengan tingkat kepemilikan ini, free float Sinarmas Land turun di bawah 10%, yang dapat menyebabkan suspensi perdagangan sahamnya di SGX sesuai dengan peraturan pencatatan.
BACA JUGA: Kolaborasi dengan Vasanta Group, Sinar Mas Land Siap Gebrak Pasar Hunian Premium di Sawangan
Sebelumnya, tawaran awal untuk memprivatisasi Sinarmas Land diumumkan pada 27 Maret 2025 dengan harga 31 sen per saham, atau sekitar S$1,32 miliar (sekitar Rp15,7 triliun). Alasan yang dikemukakan adalah rendahnya likuiditas perdagangan saham perusahaan. Pemegang saham yang telah menerima tawaran awal tidak perlu mengambil tindakan lebih lanjut, karena mereka akan otomatis menerima harga yang lebih tinggi.
Penilaian oleh penasihat keuangan independen, W Capital Markets, menyatakan bahwa tawaran tersebut “tidak adil tetapi masuk akal”, dengan nilai saham Sinarmas Land antara 35 sen hingga 36,1 sen. Namun, Asosiasi Investor Sekuritas Singapura (SIAS) menyatakan bahwa banyak pemegang saham minoritas merasa tidak puas dengan tawaran 31 sen per saham, yang dianggap terlalu rendah dibandingkan nilai aset bersih per saham sebesar 85 sen per 31 Desember 2024.
Tawaran ini terjadi di tengah tren privatisasi perusahaan di Singapura pada 2025, dengan setidaknya sembilan perusahaan lain mengumumkan rencana delisting. Dua perusahaan, Japfa dan Paragon Real Estate Investment Trust, telah menerima tawaran untuk menjadi perusahaan privat dan akan dikeluarkan dari bursa. Langkah keluarga Widjaja ini mencerminkan strategi untuk memperkuat kendali atas aset-aset utama mereka dan menanggapi kekhawatiran pemegang saham minoritas mengenai valuasi perusahaan. Propertytimes/The Straits Times