Jakarta, Propertytimes.id – Di tengah dinamika ekonomi dan perubahan sosial yang terus berlangsung, tren hunian bagi kaum ekspatriat di wilayah Jabodetabek menunjukkan perkembangan yang menarik. Berdasarkan sejumlah data riset, permintaan akan hunian bagi ekspatriat di ibukota Indonesia ini mengalami kenaikan. Meskipun tantangan seperti inflasi dan fluktuasi nilai tukar masih membayangi, wilayah Jabodetabek, khususnya Jakarta tetap menjadi magnet bagi para profesional asing yang mencari peluang baru.
Colliers Indonesia mencatat, beberapa wilayah di Jakarta menjadi favorit bagi kaum ekspatriat, meliputi; kawasan CBD Jakarta, TB Simatupang, BSD dan Bintaro. Sementara, diluar Jabodetabek adalah Karawang serta Cilegon. Wilayah-wilayah ini dipilih karena aksesibilitas yang baik menuju pusat bisnis, keberadaan sekolah internasional, serta fasilitas publik yang memadai.
Kawasan TB Simatupang, misalnya. Kawasan ini menjadi magnet bagi perusahaan multinasional yang mempekerjakan banyak tenaga kerja asing. Kedekatannya dengan pusat bisnis (CBD) dan banyaknya pilihan sekolah internasional menjadikannya lokasi yang sangat diminati.
BACA JUGA: Okupansi Apartemen Sewa di Jakarta Turun 13,2%
Sementara, BSD dan Bintaro menawarkan lingkungan yang mendukung gaya hidup ekspatriat. Keberadaan sekolah internasional seperti German School, Sinar Mas World Academy, Jakarta Nanyang School, dan St. John menambah daya tarik kawasan ini. Adapun, Karawang dan Cilegon dikarenakan pertumbuhan sektor manufaktur yang mampu mendorong peningkatan populasi ekspatriat, terutama dari Jepang, Korea, dan Cina.
Ferry Salanto, Head Research Department Colliers Indonesia menuturkan, pertumbuhan komunitas ekspatriat ini didorong oleh beberapa faktor, seperti investasi asing yang terus meningkat di berbagai sektor industry, kebutuhan akan tenaga kerja ahli dari luar negeri serta peningkatan fasilitas dan infrastruktur yang mendukung gaya hidup internasional.
“Peluang ini bisa membuka jalan bagi pengembang properti untuk menciptakan hunian yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi ekspatriat. Properti dengan fasilitas lengkap, akses mudah ke sekolah internasional, dan lingkungan yang nyaman akan menjadi daya tarik utama bagi ekspatriat,” ujar Ferry dalam acara diskusi bertajuk Property Outlook 2025 di BSD City, Kamis (6/3) lalu.
Menurut Ferry, mayoritas ekspatriat atau sekitar 90%, memilih apartemen sebagai tempat tinggal dikarenakan harga sewanya yang lebih terjangkau dari rumah tapak. Adapun, apartemen dengan kinerja sewa yang baik seperti Pakubuwono Residence, Pakubuwono Signature, Botanica, District 8, dan Pondok Indah Residence menjadi incaran para ekspatriat.
BACA JUGA: Bank Indonesia: Permintaan Properti Komersial Sewa Meningkat Sepanjang Semester I 2024
Pemilihan apartemen juga disebabkan beberapa faktor, antara lain anggaran perusahaan yang tidak naik sejak pandemik bahkan banyak perusahaan yang mengurangi anggaran perumahan ekspatriat hingga sekitar 30%.
“Selain itu, juga dampak dari kenaikan tarif sewa rumah yang signifikan, tingginya permintaan dan terbatasnya stok rumah yang menyebabkan tarif sewa terus melonjak, sehingga apartemen menjadi pilihan yang lebih realistis. Pemilik properti memanfaatkan situasi ini dengan menaikkan harga sewa sebesar 5-10%, bahkan 15-30% untuk properti yang paling diminati,” pungkasnya.
Harga sewa dan Okupansi Tumbuh Positif
Sementara itu, konsultan property Leads Property Indonesia mencatat, jumlah apartemen sewa di Jakarta telah mencapai 10.444 unit pada tahun 2024, tumbuh sebesar 3,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan tipe, unit dengan satu kamar tidur mendominasi pasar, mencakup lebih dari 50% dari total tambahan unit yang tersedia.
Arus kedatangan ekspatriat ke Jakarta masih menjadi pendorong utama permintaan apartemen sewa, terutama bagi kalangan profesional yang datang sendiri tanpa keluarga. Kelompok ini lebih memilih apartemen sewa karena menawarkan kenyamanan serta akses mudah ke pusat bisnis (CBD) dan gedung perkantoran, sehingga menjadikannya pilihan ideal bagi ekspatriat.
Tingkat hunian di sektor apartemen sewa juga menunjukkan tren positif secara perlahan, mencapai 64,8% pada akhir kuartal, naik sekitar 0,76% dibandingkan kuartal sebelumnya. Meskipun telah kembali ke level pra-pandemi pada tahun 2019, angka tersebut masih belum menyamai tingkat hunian pada periode 2016-2019 yang mencapai sekitar 71%.
Menurut Leads, rata-rata tarif sewa apartemen tercatat sebesar USD 20,45 per meter persegi per bulan. Apartemen servis, yang menawarkan fasilitas dan layanan tambahan, memiliki tarif lebih tinggi, yakni USD 23,04 per meter persegi per bulan. Sementara itu, tarif sewa apartemen non-servis tercatat sebesar USD 13,02 per meter persegi per bulan.
Ke depan, pasar apartemen sewa diperkirakan akan mengalami lonjakan pasokan sewa dalam beberapa tahun ke depan. Setidaknya 571 unit baru diproyeksikan akan diluncurkan hingga setahun mendatang. Namun, adanya peningkatan pasokan ini berpotensi memberikan tekanan terhadap tingkat hunian.
Sekitar 42% dari pasokan baru ini diperkirakan berada di kawasan CBD, sementara sisanya berada di kawasan OCBD, khususnya di Menteng dan Kemang. Kondominium strata-title menjadi opsi menarik bagi operator hotel/apartemen servis untuk ekspansi portofolio merek dengan memanfaatkan stok unit yang belum terjual.