Jakarta, Propertytimes.id – Pandemi Covid-19 membuat sektor properti anjlok, meski sebelumnya sektor ini melambat selama tiga tahun terakhir. Salah satu subsektor yang paling terdampak adalah apartemen sewa baik servis maupun non servis.
Associate Director Strategic and Consultancy Knight Frank Indonesia, Donan Aditria mengatakan bahwa tingkat okupansi apartemen sewa pada semester pertama tahun 2020 menurun 13,2% dengan harga sewa menurun 14% apabila dibanding tahun lalu di periode yang sama.
Bahkan menurutnya penurunan okupansi apartemen sewa diprediksi hingga akhir tahun dengan kisaran 40% hingga 50%. Dengan tingkat hunian sekitar 30% dari total pasokan eksisting sebanyak 8.341 unit (apartemen sewa servis 5.853 unit dan non servis 2.488 unit).
“Okupansi yang tertekan ini tejadi karena mayoritas penyewa adalah korporasi, eskspatriat yang pada saat pandemi banyak yang pulang ke negaranya atau diminta pulang,” kata Donan pada paparan virtual Jakarta Property Highlight, Kamis (30/7) lalu.
Lanjutnya, melemahnya permintaan merupakan dampak kumulatif dari pembatalan penghuni baru dan pemutusan sewa jangka pendek. Namun sebagian besar penghuni yang menyewa jangka panjang masih akan menetap.
Donan juga mengatakan bahwa kondisi atau kinerja apartemen sewa di saat ini menjadi yang terburuk sepanjang masa. Penyebabnya pun bermacam-macam mulai dari akibat pembatasan perjalanan, bersaing dengan sektor perhotelan yang menawarkan layanan menginap dalam waktu lama (long stay) dengan harga lebih ekonomis, dan dipicu dengan kondisi global yang terus terkoreksi sehingga berdampak pada penundaan relokas perusahaan terhadap pekerjanya.
Adapun, strategi yang bisa dilakukan oleh pengelola menghadapi hal ini diantaranya mempertahankan penyewa yang ada saat ini dengan memberikan keringanan perpanjangan waktu pembayaran sewa serta penurunan biaya achieve untuk penghuni baru. SA