Jakarta, Propertytimes.id – Gelombang perusahaan China diketahui sedang bergerak masif menuju Indonesia. Bukan sekadar mencari lokasi pabrik baru, namun membidik pasar domestik raksasa yang nilainya bisa mencapai triliunan rupiah. Salah satu pemicunya, datang dari tarif impor AS yang menekan China, namun memberi peluang emas bagi Indonesia sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Sebagi informasi, tarif AS untuk barang dari Indonesia saat ini berada di level 19%, setara Malaysia, Filipina, dan Thailand, serta sedikit di bawah Vietnam yang mencapai 20%. Sebaliknya, tarif untuk produk asal China telah menembus lebih dari 30%.
Dilansir dari Investing.com, Rabu (13/8), pendiri PT Yard Zeal Indonesia, Gao Xiaoyu, mengatakan pihaknya kini kebanjiran permintaan dari perusahaan China. “Kami sibuk sekali akhir-akhir ini. Pertemuan dari pagi sampai malam. Kawasan industri juga sangat ramai,” ujarnya. Perusahaan konsultasi lahan industri yang ia dirikan pada 2021 itu kini berkembang dari empat menjadi lebih dari 40 karyawan.
BACA JUGA: Dampak Perang Dagang AS, Saham Sejumlah Pengembang Properti di China Rontok
Menurut Gao, Indonesia dinilai memiliki keunggulan dibanding negara tetangga berkat potensi pasar konsumen domestik yang besar. “Jika bisa membangun bisnis yang kuat di Indonesia, artinya Anda menguasai setengah pasar Asia Tenggara,” kata Zhang Chao, produsen lampu motor asal China.
Data pemerintah menunjukkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,12% pada kuartal II 2025 atau tertinggi dalam dua tahun terakhir. Selain itu, investasi dari China dan Hong Kong ke Indonesia naik 6,5% menjadi Rp133,54 triliun (US$8,2 miliar) pada semester I 2025. Sementara total penanaman modal asing (PMA) naik 2,58% menjadi Rp432,6 triliun (US$26,56 miliar).
Lonjakan minat investor China juga dirasakan di kawasan industri Subang Smartpolitan, Jawa Barat. “Begitu kesepakatan tarif AS – Indonesia diumumkan bulan lalu, telepon, email, dan WeChat kami langsung ramai. Semuanya dari China,” kata Abednego Purnomo, Wakil Presiden Penjualan, Pemasaran, dan Hubungan Penyewa PT Suryacipta Swadaya, dilansir dari Investing.com.
Permintaan tinggi ini mendorong harga lahan industri dan gudang naik 15–25% pada kuartal I 2025, laju kenaikan tercepat dalam 20 tahun terakhir. Menurut Colliers Indonesia, banyak perusahaan China ingin bergerak cepat, mencari lahan dan bangunan yang bisa langsung digunakan.
Zhang, produsen lampu motor yang beroperasi di Jakarta, bahkan sudah memesan gedung kantor empat lantai pada Mei lalu dengan biaya Rp227 juta per tahun, naik 43% dari tahun lalu. “Tarif 19% lebih rendah dari dugaan saya yang 30%. Di China, margin bersih bisa cuma 3%, tapi di Indonesia relatif mudah dapat 20 – 30%,” ujarnya.
Meski menghadapi tantangan seperti regulasi rumit, infrastruktur belum lengkap, dan rantai pasok industri yang belum sempurna, namun daya tarik pasar domestik Indonesia tetap menjadi magnet utama. “Indonesia menawarkan sesuatu yang tak semua negara di kawasan miliki yaitu pasar raksasa yang terus tumbuh,” kata Marco Foster, Direktur ASEAN di Dezan Shira & Associates.