Jakarta, Propertytimes.id – Hampir sebulan sejak kasus pertama mencuat, dampak pelemahan dari penyebaran pandemi virus corona di Indonesia semakin nyata dirasakan para pelaku usaha, tak terkecuali industri realestat di DKI Jakarta. Karena itu, Asosiasi Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) DKI Jakarta meminta kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk ikut memberikan dukungan kepada industri realestat.
“Industri realestat sejatinya sudah mengalami perlambatan sejak tahun 2017. Saat ini akibat pandemi covid-19, kondisinya semakin melemah akibat penurunan aktivitas ekonomi. Tingkat penjualan drop, sementara biaya yang harus dikeluarkan tetap,” ujar Arvin F. Iskandar, Ketua Dewan Pengurus Daerah REI DKI Jakarta.
REI DKI Jakarta lanjut Arvin, meminta OJK ikut mendukung industri realestat dengan memberikan stimulus, salah satunya berupa penundaan pembayaran hutang pokok dan keringanan bunga sampai dengan Desember 2020. Stimulus itu dapat dapat dievaluasi kembali dengan melihat dampak bisnis yang diakibatkan oleh penyebaran Covid-19.
“Kami meminta otoritas berwenang memberikan stimulus. Jika hal ini dibiarkan sangat dikhawatirkan akan terjadi peningkatan kredit macet atau non performing loan (NPL). Industri realestat itu adalah lokomotif perekonomian nasional, menggerakkan 175 sektor riil ikutannya. Beri kami ruang gerak dulu, sambil menunggu redanya virus ini,” pinta Arvin.
Masih menurut Arvin, pandemi Covid-19 telah menyebabkan penurunan secara signifikan omset dan volume penjualan atau serapan pasar atas produk properti yang dijual. Hal itu jelas akan berdampak pada menurunnya kemampuan membayar pengembang terhadap bank atas kewajiban hutang.
“Hampir semua progres proyek realestat di DKI Jakarta ikut terpengaruh proses pembangunannya. Khususnya yang menggunakan material atau bahan baku yang berasal dari negara-negara terdampak Corona. Pengembang kesulitan mendatangkan material dan bahan baku karena negara produsennya juga terdampak. Namun biaya operasional dan bunga pinjaman tetap harus dibayarkan,” papar Arvin.
Selain OJK, Arvin juga meminta kepada Gubernur DKI Jakarta untuk dapat mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya, penundaan dan Keringanan Pembayaran Pajak Hotel dan Restoran, penundaan Kenaikan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) serta pembayaran PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) yang dapat dicicil tanpa dikenakan denda.
Saat ini lanjut Arvin, terdapat cukup banyak perusahaan Anggota REI DKI Jakarta khususnya pengembang hotel dan restoran yang terdampak. “Informasi yang kami terima menyebutkan bahwa okupansi hotel mengalami kemerosotan hingga 80 persen. Padahal hotel memiliki karyawan dan properti dalam jumlah yang besar. Demikian juga soal penundaan Kenaikan NJOP dan PBB. Hal ini diakibatkan kemampuan membayar para pengembang yang terus menurun,” pungkas Arvin. Kiki