Jakarta, Propertytimes.id – Penjualan properti residensial di pasar primer juga mengalami penurunan pada triwulan IV 2024. Bank Indonesia dalam laporannya bertajuk Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dirilis Jumat (14/2) lalu menyebutkan, bahwa penjualan tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 15,09% (yoy), lebih dalam dibandingkan kontraksi 7,14% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh penjualan rumah tipe kecil dan menengah yang mengalami kontraksi 23,70% (yoy) dan 16,61% (yoy). Sementara itu, penjualan rumah tipe besar justru meningkat sebesar 20,44% (yoy).
Secara triwulan, penjualan rumah primer pada triwulan IV 2024 juga mengalami kontraksi sebesar 6,62% (qtq), berlanjut dari kontraksi 7,62% (qtq) pada triwulan sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan penjualan rumah tipe kecil dan menengah yang masing-masing tercatat kontraksi 11,94% (qtq) dan 9,13% (qtq), sementara penjualan rumah tipe besar meningkat sebesar 14,12% (qtq).
BACA JUGA: Kenaikan Harga Properti Residensial Masih Belum Perkasa Sepanjang Triwulan IV 2024
Beberapa faktor yang menghambat pengembangan dan penjualan properti residensial primer antara lain adalah kenaikan harga bangunan (21,40%), masalah perizinan (15,05%), suku bunga KPR (14,31%), dan proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR (10,59%).
Pembiayaan Properti Residensial pada Triwulan IV 2024
Pada triwulan IV 2024, sumber pembiayaan utama untuk pengembangan properti residensial masih berasal dari dana internal perusahaan, dengan pangsa mencapai 74,38%. Sumber lainnya termasuk pinjaman perbankan (15,18%) dan pembayaran dari konsumen (5,61%).
Dari sisi konsumen, sebut BI, mayoritas pembelian rumah primer dilakukan melalui KPR, yang memiliki pangsa sebesar 72,54%. Sementara itu, pembelian rumah primer secara tunai bertahap dan tunai masing-masing memiliki pangsa 18,74% dan 8,72%.
BACA JUGA: Bank Indonesia Tahan BI-Rate pada Angka 6,00%
Sementara itu, total nilai KPR secara tahunan tumbuh sebesar 9,67% (yoy), meskipun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 10,37% (yoy). Secara triwulan, nilai KPR tumbuh 2,04% (qtq), lebih tinggi dari 1,70% (qtq) pada triwulan III 2024. BI mengatakan, melihat berbagai perkembangan yang terjadi, pasar properti residensial di Indonesia pada triwulan IV 2024 menunjukkan tantangan yang harus dihadapi oleh pengembang dan konsumen, di tengah kondisi ekonomi yang berfluktuasi.