Bangkok, Propertytimes.id – Thailand berpotensi menjadi pusat manufaktur kendaraan listrik (EV) terkemuka di Asia Tenggara pada tahun 2030. Hal ini berkat kombinasi kebijakan pemerintah yang proaktif, serta investasi asing yang meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Inisiatif 30@30, yang bertujuan untuk mencapai 30% dari total produksi kendaraan dalam bentuk listrik, menunjukkan komitmen pemerintah untuk mendukung transisi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Demikian disampaikan konsultan properti Jones Lang Lasalle (JLL) dalam laporannya yang dirilis September 2024 lalu. Menurut JLL, investasi asing yang signifikan ke dalam sektor ini tidak hanya akan memperkuat kapasitas produksi, tetapi juga akan mendorong perkembangan infrastruktur terkait, seperti stasiun pengisian daya dan pusat riset dan pengembangan. Hal ini berpotensi menciptakan peluang baru dalam pasar real estat komersial, dengan proyeksi mencapai $6,5 miliar. Pertumbuhan pasar real estat ini bisa meliputi pengembangan pabrik, gudang, dan fasilitas logistik yang mendukung industri kendaraan listrik.
“Thailand telah membuat pernyataan yang jelas melalui penerapan kebijakan 30@30 dan paket EV 3.5. Insentif yang diberikan sangat menarik bagi investor, produsen, dan pemasok yang beroperasi di industri EV, tetapi agar potensi industri ini dapat terwujud sepenuhnya di tingkat nasional, peran real estat komersial untuk membentuk tulang punggung keberlanjutan pasar dalam jangka panjang tidak dapat diremehkan,” kata Michael Glancy, Managing Director, Thailand dan Indonesia, JLL pertengahan September lalu.
Dengan potensi ini, sebut JLL, Thailand berusaha menjadi pemain utama di industri EV global dan menarik lebih banyak investasi melalui kebijakan dan insentif yang menarik bagi produsen kendaraan dan para penyedia teknologi. Dukungan yang kuat dari pemerintah, ditambah dengan letak geografis Thailand yang strategis di Asia Tenggara, menjadikannya tempat yang ideal untuk pengembangan industri kendaraan listrik di kawasan tersebut.
Hingga tahun 2024, upaya strategis Thailand telah menarik berbagai modal dalam dan luar negeri ke sektor kendaraan listrik, dengan volume investasi kumulatif sekitar $1,8 miliar yang telah dikomitmenkan. Penempatan penting ke dalam industri ini termasuk $1,4 miliar (THB 49 miliar) oleh produsen kendaraan listrik yang berbasis di Tiongkok, termasuk BYD Company Limited (BYD), dan investasi $4,4 miliar (THB 150 miliar) oleh produsen mobil yang berbasis di Jepang.
Selain itu, agar Thailand dapat memenuhi target 30@30 untuk menjadikan kendaraan listrik sebagai 30% dari total produksi mobil pada tahun 2030, negara ini akan membutuhkan produksi dalam negeri lebih dari 34 GWh baterai, yang membutuhkan pengadaan ruang produksi dan industri baru. Pada akhir tahun 2023, jumlah kendaraan listrik mencapai 167.000 unit. Jumlah ini setara dengan 26,4% dari target tahun 2030 sebanyak 440.000 kendaraan listrik.
“Masuknya investasi asing menunjukkan keunggulan kompetitif Thailand di sektor kendaraan listrik yang berkembang pesat. Kombinasi insentif pemerintah, tenaga kerja terampil, dan infrastruktur yang ada menjadikan Thailand tujuan yang menarik bagi produsen kendaraan listrik baru maupun yang berpengalaman,” pungkas Glancy.