Jakarta, Propertytimes.id – Perusahaan konsultan properti PT Leads Property Services Indonesia menyebutkan, tren flex office di Jakarta saat ini tumbuh secara signifikan sebagai respons terhadap tren kerja hybrid dan permintaan efisiensi biaya dari perusahaan.
Darsono Tan, Senior Director PT Leads Property Services Indonesia menuturkan saat ini supply flex office di Jakarta tumbuh rata-rata 8,2% per tahun dalam lima tahun terakhir, dengan total luas pasar mencapai sekitar 146.000 meter persegi pada kuartal pertama 2025. “Meskipun hanya menyumbang 1,3% dari total inventory kantor di Jakarta, flex office menjadi segmen yang semakin diminati,” jelas Darsono dalam acara Media Briefing yang digelar di The Executive Center, Jakarta Mori Tower, Kamis (19/6).
Dirinya mengatakan, tingkat okupansi rata-rata di Jakarta mencapai 79%, dengan wilayah di luar CBD dan Tangerang mencatat angka lebih tinggi, yaitu 81%. “Ini mencerminkan pergeseran preferensi perusahaan ke lokasi suburban yang dekat dengan kawasan permukiman,” ujarnya.
Leads mencatat, harga sewa flex office di CBD Jakarta rata-rata sebesar Rp3,1 juta per orang per bulan, dengan kawasan seperti SCBD, Senayan, dan Sudirman menjadi yang termahal karena akses transportasi umum dan konektivitas yang lebih baik. Sedangkan, harga di luar CBD lebih terjangkau, yakni Rp2,4 juta per orang per bulan, atau 30% lebih rendah daripada CBD. Darsono menambahkan, saat ini kawasan TB Simatupang mendominasi 52% pasar flex office di luar CBD, dengan operator seperti IWG, Marquee, dan Servio menjadi pemain utama.

IWG tercatat sebagai operator paling agresif dengan membuka 24 pusat flex office baru di Indonesia dalam empat tahun terakhir, 18 di antaranya berada di Jakarta CBD. Sementara, The Executive Centre (TEC) memperluas jaringan dengan dua lokasi baru setelah satu dekade mempertahankan operasi yang ada. Area seperti Jakarta Pusat, Barat, dan Utara juga menunjukkan potensi pertumbuhan dengan tingkat okupansi di atas 85%, meskipun supply masih terbatas.
“Ini menjadi peluang bagi operator untuk berekspansi ke wilayah-wilayah yang belum tergarap maksimal,” sebut Darsono. Diketahui, Flex office menjadi solusi ideal bagi perusahaan multinasional, startup, dan UMKM karena menawarkan fleksibilitas sewa, fasilitas siap pakai, dan efisiensi biaya. “Kombinasi lokasi strategis, harga kompetitif, dan kebutuhan hybrid work model terus mendorong permintaan,” tutup Darsono. Dengan tren ini, flex office diperkirakan akan semakin menjadi pilihan utama bagi bisnis di Jakarta, terutama di tengah transformasi pola kerja pascapandemi.
The Executive Centre Perkuat Posisi di Jakarta
Sementara itu, penyedia ruang kerja fleksibel premium yang telah beroperasi di Indonesia selama lebih dari dua dekade, The Executive Centre (TEC), terus memperkuat eksistensinya di pasar Jakarta. Sejak memasuki pasar Jakarta pada 1997, TEC telah mengoperasikan sejumlah centre di gedung-gedung prestisius di kawasan pusat bisnis, seperti One Pacific Place dan Pacific Century Place di SCBD. Pada kuartal IV 2024 lalu, TEC membuka lokasi terbarunya di Jakarta Mori Tower, Jl. Jenderal Sudirman, menandai ekspansi yang tidak hanya memperluas jaringan, tetapi juga menetapkan tolok ukur baru dalam industri ruang kerja fleksibel di Indonesia.
“Kami telah tumbuh seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia, membantu perusahaan global untuk masuk, berkembang, atau beradaptasi di setiap siklus pasar,” ujar Ferry Pranata, City Head The Executive Centre Indonesia, Kamis (19/6). Dirinya menambahkan bahwa kemampuan TEC untuk terus relevan adalah hasil dari pendekatan adaptif terhadap perubahan pasar dan komitmen terhadap kualitas.
TEC dikenal dengan pendekatan desain ruang kerja yang premium dan berorientasi pada pengalaman. Setiap lokasinya dirancang untuk memadukan estetika, efisiensi, dan fleksibilitas, dilengkapi dengan sistem teknologi informasi canggih serta layanan profesional. Kombinasi tersebut menjadikan TEC bukan hanya sebagai penyedia ruang kerja, tetapi juga sebagai enabler pertumbuhan bisnis di berbagai sektor.
Selain berfokus pada pengguna akhir, TEC juga menjalin kemitraan jangka panjang dengan pemilik gedung dan manajer aset untuk menciptakan nilai tambah bagi properti mereka. “Model kemitraan kami memberikan keunggulan strategis dengan menggabungkan penciptaan nilai aset jangka panjang dan penawaran ruang fleksibel berkualitas tinggi,” pungkas Ferry.
Secara global, The Executive Centre telah mengelola lebih dari 220 centre di 36 kota di 16 pasar di Asia Pasifik, termasuk kawasan Tiongkok Raya, Asia Tenggara, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Australia. Dengan kantor pusat di Hong Kong, TEC merupakan salah satu operator ruang kerja fleksibel terbesar di Asia dan terus memperluas jaringannya dengan pendekatan berbasis kualitas dan layanan personal.





