Sawangan, Propertytimes.id – Tak bisa dipungkiri, banyak sekali perubahan yang telah terjadi di kawasan Sawangan-Parung dalam beberapa tahun terakhir. Dulu, hamparan kebun dan suara jangkrik mendominasi sepanjang jalan raya Cinangka hingga Parung. Kini, siluet crane, papan nama cluster, dan gerbang perumahan bergaya minimalis mulai mengambil alih pandangan.
Transformasi kawasan ini bukan tanpa alasan. Letaknya yang strategis, menjadi simpul antara Depok, Bogor, dan Jakarta Selatan, perlahan menggeser statusnya dari daerah transit menjadi rumah yang diidamkan banyak keluarga.
Menariknya, Sawangan-Parung tidak melulu soal rumah mewah. Justru di sinilah salah satu kekuatannya; kawasan ini menyediakan ruang bagi hampir semua kalangan. Mulai dari keluarga muda yang membeli rumah pertamanya, hingga mereka yang mencari hunian nyaman untuk masa pensiun.
Di kelas menengah bawah, misalnya, Vertihouse Sawangan menawarkan rumah-rumah mungil yang ramah kantong dengan rentang harga mulai dari Rp347 juta. Memang, ukuran rumah rata-rata berkisar di 36 hingga 48 meter persegi, namun cukup luas untuk sepasang suami istri muda yang sedang menata awal kehidupan.
“Awalnya kami nyaris menyerah cari rumah di Depok, harga sudah kelewat tinggi. Pas ketemu proyek di Sawangan ini, lokasinya masih masuk akal, harganya juga bisa dicicil. Apalagi udaranya masih enak,” ungkap Aji, salah seorang calon pembeli yang kini tengah menanti akad kredit rumah pertamanya di kawasan ini, pertengahan April lalu.
Naik sedikit ke kelas menengah, pilihan pun semakin berwarna. Di angka Rp550 juta hingga Rp700 jutaan, hunian seperti Green Madani Cinangka, Parakan Residence, hingga Valencia Premier Depok, menawarkan rumah dengan luas tanah dan bangunan lebih lega, plus fasilitas kawasan yang membuat penghuni betah tanpa harus sering-sering melongok ke Jakarta.
Sementara bagi mereka yang ingin lebih dari sekadar rumah — melainkan gaya hidup — kelas menengah atas menjadi jawabannya. Di sinilah perumahan seperti Gardeni Park 2, Cluster Morizono, Golden Sawangan hingga Eco Town mulai bermain. Harga? Mulai dari Rp900 juta hingga miliaran. Namun yang dibeli bukan hanya dinding dan atap, melainkan juga konsep hidup: dari taman tematik, club house, smart home system, hingga danau buatan.
Golden Sawangan yang berlokasi di Jalan Raya Muchtar, Sawangan dikembangkan di atas lahan seluas 5,3 hektar dan merangkum sebanyak 230 rumah. Perumahan milik GNA Group ini menawarkan 4 pilihan tipe rumah berdasarkan luasannya yaitu, Type Symphony LT 120 m2/ LB 114 m2, Type Serenity LT 84 m2/ LB 88 m2, Type Grazia LT 72 m2/ LB 75 m2 dan Type Sonata LT 75 m2/ LB 70 m2. Sementara harga yang dibanderol mulai dari Rp1,3 miliaran.
Direktur Utama GNA Group Gregorius Gun Ho menuturkan, Golden Sawangan dihadirkan untuk mengakomodir kebutuhan kaum urban maupun sub urban di Kota Depok khususnya dan Jakarta pada umumnya. Tak ketinggalan, ditawarkan juga konsep green living, modern dan elegan mulai dari perencanaan kawasan hingga desain arsitektural bangunan yang menjadi trademark atas produk-produk lansiran GNA Group. Termasuk, berbagai fasilitas internal seperti row jalan lebar, club house, taman boulevard, one gate system dan sistem keamanan 24 jam
“Proses konstruksi Golden Sawangan sudah dimulai sejak pertengahan tahun 2023 lalu. Beberapa pekerjaan seperti cut and fill, pembangunan infrastruktur jalan boulevard dan cluster, marketing gallery, landscap taman serta pembangunan unit rumah contoh sudah selesai dilakukan,” jelas Gun Ho kepada The Pavilion Sawangan, akhir Maret lalu.
Akses dan Fasilitas: Semakin Dekat, Semakin Nyata
Yang membuat kawasan ini semakin menarik tentu bukan hanya soal harga. Hadirnya Jalan Tol Desari (Depok-Antasari) membuat jarak menuju pusat Jakarta terpangkas drastis, sementara keberadaan pusat perbelanjaan seperti The Park Sawangan dan rencana pengembangan transportasi publik seperti MRT Depok, menambah nilai jual yang sulit diabaikan.
Tak berhenti sampai di situ, pengembang pun mulai sadar akan gaya hidup urban modern: kawasan hijau, pedestrian ramah pejalan kaki, sistem keamanan, hingga area komersial dalam satu lingkungan menjadi standar baru.
“Saya pindah ke sini dua tahun lalu, sebelumnya tinggal di apartemen di Jakarta Selatan. Sekarang tiap sore bisa jalan kaki keliling cluster, anak-anak main di taman, udara masih segar. Jarak ke kantor memang lebih jauh, tapi suasana tinggalnya jauh lebih menenangkan,” cerita Dina, penghuni salah satu cluster di kawasan Sawangan.
Tak hanya untuk dihuni, kawasan Sawangan-Parung juga mulai dilirik sebagai lahan investasi properti yang potensial. Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan harga tanah dan rumah di kawasan ini menunjukkan tren yang stabil bahkan cenderung agresif.
“Rata-rata harga rumah di Sawangan-Parung naik sekitar 8 hingga 12 persen per tahun dalam lima tahun terakhir, terutama sejak akses Tol Desari mulai beroperasi. Permintaan sangat tinggi dari end-user dan investor, karena secara harga masih tergolong lebih terjangkau dibanding kawasan lain yang sejarak dari Jakarta,” ungkap Rifky, seorang agen properti independen yang sudah lebih dari enam tahun memasarkan rumah di wilayah ini.
Menurutnya, prospek jangka panjang Koridor ini bahkan bisa lebih cerah seiring pengembangan transportasi dan fasilitas kawasan. “Kalau infrastruktur seperti jalur MRT sampai terkoneksi dengan baik ke Depok bagian barat dan Parung, harga bisa melonjak signifikan, mirip seperti skenario Bekasi atau BSD beberapa tahun lalu,” tambahnya.
Di wilayah Koridor Sawangan-Parung, rumah bukan lagi sekadar properti, melainkan ruang untuk tumbuh — baik secara personal maupun finansial. Kawasan ini menunjukkan bagaimana properti bisa jadi lebih dari sekadar tempat tinggal; ia bisa menjadi simbol awal perjalanan, status, bahkan pencapaian.
Entah itu rumah mungil seharga Rp350 juta, atau hunian mewah di tepi danau buatan, setiap orang punya ruang untuk bermimpi di sini. Pertanyaannya tinggal satu: di sudut yang mana cerita Anda akan dimulai?





