Jakarta, Propertytimes.id – PT Hutama Karya (Persero) bersama anak usahanya, PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI), terus memperkuat portofolio proyek berbasis skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Terbaru, perusahaan menandatangani perjanjian kerja sama pembangunan Flyover Panorama I (Sitinjau Lauik I) senilai Rp2,79 triliun yang akan menghubungkan Kota Padang dan Kota Solok, Sumatera Barat.
Proyek strategis ini dikerjakan oleh PT Hutama Panorama Sitinjau Lauik (HPSL), badan usaha pelaksana (BUP) yang dibentuk konsorsium Hutama Karya (55%) dan HKI (45%). Penandatanganan perjanjian kerja sama dilakukan Jumat (21/3) di Auditorium Kementerian PUPR, Jakarta Selatan, melibatkan para pemangku kepentingan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan sektor swasta.
“Proyek KPBU ini kami dorong untuk mengatasi tantangan keselamatan di ruas Sitinjau Lauik yang rawan kecelakaan, sekaligus menciptakan infrastruktur yang lebih andal dan berkelanjutan,” kata Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR, Rachman Arief Dienaputra dalam keterangan tertulisnya.
Flyover Panorama I sepanjang 2,774 km akan menggantikan ruas tikungan tajam yang selama ini menjadi titik kritis di jalur Padang–Solok. Proyek ini mencakup pekerjaan perencanaan teknis, pembangunan jalan dan jembatan, serta pemeliharaan selama masa operasi yang direncanakan selama 10 tahun, setelah 2,5 tahun masa konstruksi rampung.
Sementara itu, Executive Vice President Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim, menyebut proyek ini sebagai langkah strategis dalam memperkuat kehadiran perusahaan dalam proyek infrastruktur nasional berbasis kemitraan.
“Dengan skema KPBU, proyek ini tidak hanya menjawab kebutuhan mendesak masyarakat akan jalan yang lebih aman, tapi juga memberikan nilai tambah secara ekonomi, baik melalui penciptaan lapangan kerja, pengembangan pariwisata, hingga efisiensi logistik,” ujar Adjib.
Pembangunan flyover ini diharapkan dapat mendongkrak konektivitas kawasan Sumatera Barat, mempercepat mobilitas masyarakat dan barang, serta membuka akses ke destinasi wisata unggulan seperti Danau Singkarak dan Lembah Harau. Secara ekonomi, proyek ini juga diproyeksikan menurunkan biaya logistik dan memperkuat rantai pasok regional.