Tokyo, Propertytimes.id – Salah satu pengembang real estat terbesar di Jepang, Open House Group, baru saja mengambil langkah berani dengan memperkenalkan Bitcoin dan Ethereum sebagai metode pembayaran untuk pembelian properti. Inovasi ini menjadi yang pertama di antara perusahaan real estat besar di Asia sekaligus membuka peluang baru untuk penggunaan mata uang kripto dalam transaksi properti.
Laporan yang dirilis oleh tiger-research menuturkan, saat ini, layanan pembayaran dengan kripto tersebut masih terbatas pada properti yang menghasilkan pendapatan, namun perusahaan berencana untuk memperluas opsi ini ke jenis properti lainnya di masa mendatang. Langkah ini diharapkan dapat mempermudah transaksi, mengurangi beban transfer dana lintas batas, dan meningkatkan likuiditas di pasar real estat.
Peluang Pasar Kripto dan Real Estat
Diketahui, saat ini Bitcoin telah mendapatkan legitimasi global, terutama setelah disetujuinya ETF di AS dan meningkatnya partisipasi investor institusional. Volume transaksi Bitcoin diperkirakan melampaui $19 triliun pada tahun 2024, lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini semakin menguatkan potensi penggunaan Bitcoin dalam transaksi aset bernilai tinggi seperti properti.
Di berbagai belahan dunia, transaksi properti dengan mata uang kripto sudah mulai terjadi. Di Miami, misalnya, pembelian properti dengan kripto meningkat pesat, didukung oleh platform blockchain seperti Propy. Selain itu, grup real estat global TEKCE juga aktif memperluas penggunaan kripto dalam transaksi properti di beberapa negara.
Berbeda dengan Eropa, pasar real estat Jepang menarik perhatian investor asing berkat stabilitas, likuiditas, dan suku bunga rendah. Dengan rasio pinjaman hipotek terhadap nilai (LTV) mencapai 70-80% dan suku bunga sekitar 1%, Jepang menawarkan peluang investasi yang menarik. Data dari NLI Research menunjukkan bahwa harga perumahan di Tokyo terus meningkat, membuat pasar ini semakin menggoda bagi investor yang mencari imbal hasil stabil.
Pembayaran dengan mata uang kripto menawarkan banyak peluang, termasuk kemudahan bagi investor kripto untuk membeli aset nyata tanpa harus melalui proses yang rumit. Open House Group sendiri akan memperluas jangkauan pasarnya dengan menawarkan berbagai metode pembayaran, termasuk pembentukan cadangan Bitcoin untuk mendiversifikasi portofolio keuangan mereka.
Namun, perkembangan ini juga menghadapi tantangan. Volatilitas harga kripto dapat mempengaruhi nilai properti, dan lembaga keuangan konvensional mungkin mengalami penurunan pendapatan. Selain itu, badan regulasi di Jepang dan negara lain perlu beradaptasi dengan perkembangan ini untuk mengatasi tantangan perpajakan dan regulasi yang muncul.
Tren Masa Depan
Open House Group telah menunjukkan komitmen jangka panjang terhadap teknologi blockchain dan telah mulai menjajaki potensi aplikasi yang lebih luas, termasuk kepemilikan properti dan kontrak pintar. Jika inisiatif ini berhasil, perusahaan real estat lainnya di seluruh dunia mungkin akan mengikuti jejak yang sama, membuka jalan bagi inovasi lebih lanjut di sektor ini.
tiger-research menyebutkan, meskipun masih ada tantangan yang harus dihadapi, adopsi pembayaran kripto oleh Open House Group dapat menjadi awal dari perubahan yang lebih besar dalam infrastruktur keuangan real estat. “Jika strategi ini sukses, dampaknya bisa menyebar ke pasar aset bernilai tinggi lainnya, menunjukkan bahwa mata uang kripto dapat menjadi alat manajemen aset yang kredibel di luar sekadar spekulasi,” tulis laporan tersebut dilansir dari tiger-research, Selasa (25/2) lalu.
Open House Group sendiri kini masih menanti perkembangan selanjutnya dengan harapan bahwa inisiatif ini akan menciptakan efek berantai di pasar real estat Asia dan mendorong inovasi berkelanjutan dalam transaksi berbasis blockchain.