Jakarta, Propertytimes.id – Hasil riset yang dilakukan konsultan properti Cushman and Wakefield Indonesia mencatat, kinerja perkantoran di Jakarta sepanjang kuartal kedua 2020 mengalami kinerja negatif. Hal tersebut ditandai dari aktivitas penyewaan kantor yang tersendat dari sepanjang bulan April hingga Juni 2020 dikarenakan dampak pandemi Covid-19 sehingga terjadinya pengurangan operasional kantor dan pembatasan perjalanan di Jakarta.
Menurut catatan Cushman, bahkan tidak ada transaksi baru di hampir seluruh perkantoran di Jakarta sepanjang periode tersebut. Meski begitu, terlihat beberapa peningkatan aktivitas di bulan Juni dengan kenaikan permintaan ruang kerja dengan ukuran 200 m2.
Executive Director, Commercial, Cushman & Wakefield Indonesia, Nonny Subeno menjelaskan, bahwa pertama kalinya sejak krisis finansial Asia di tahun 1999, tingkat serapan secara umum pada kuartal 2/2020 mengalami kinerja negatif. Hal ini diakibatkan karena adanya pengurangan area kerja, relokasi, hingga penutupan kantor pada beberapa bangunan Grade B dan C.
Menurutnya, hingga akhir Juni 2020 tingkat hunian perkantoran seluruh Grade di CBD Jakarta mengalami penurunan hingga 74,2%, dimana perkantoran Grade B menunjukkan penurunan paling tajam untuk tingkat hunian pada kuartal ini sebesar menjadi 70,7%.
“Pertimbangan untuk mengurangi kebutuhan ruang kantor perlu diseimbangkan dengan kebutuhan protokol manajemen yang aman di lingkungan kerja. Perusahaan yang menempati gedung perkantoran Grade A di CBD kemungkinan akan menegosiasikan penurunan harga sewa di awal, sebelum menentukan untuk mengurangi footprint kantor sebagai upaya pembatasan sosial di lingkungan kerja. Saat ini, merupakan kesempatan yang baik bagi beberapa perusahaan untuk mempertimbangkan berkantor di gedung perkantoran Grade A, dikarenakan situasi pasokan berlebih dan tekanan penurunan harga sewa yang masih terus berlanjut,” tuturnya.
Harga sewa ikut menurun
Selain itu, harga sewa dasar perkantoran dalam rupiah dilaporkan juga mengalami penurunan sebesar 5,5% dari kuartal sebelumnya menjadi Rp198.900/m2 per bulannya. Sementara harga sewa dalam Dolar AS justru meningkat sebesar 8,1% disebakan penguatan Rupiah secara signifikan atau sebesar 14,4%. Melihat hal tersebut banyak penyewa yang mencari pengurangan harga sewa, terkait akivitas bisnis yang sedang melambat. Beberapa pemilik bangunan bersiap memberi pengurangan harga sewa sebesar 10% hingga 50% untuk penyewa yang terdampak Covid-19.
Cushman and Wakefiled Indonesia pun memprediksi tren pasar perkantoran CBD pada kuartal depan yakni perkantoran dengan lokasi dan biaya terjangkau, perampingan ruang, serta perkiraan penutupan kantor. Adapun harga sewa kantor dipastkan tetap menurun sejalan degan permintaan yang melemah. Pemilik bangunan juga akan menghadapi tantangan karena penghuni kesulitan membayar sewa dan pengajuan penundaan pembayaran. Kemudian pemotongan biaya sewa dan sevice charge serta kemungkinan penundaan terhadap rencana relokasi pipeline dan ekspansi. SA