Beijing, Propertytimes.id – Sektor properti di Tiongkok mengalami berbagai tantangan dan penurunan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini dikarenakan sejumlah faktor, diantaranya kebijakan pembatasan utang, terjadinya krisis keuangan para pengembang besar, penurunan permintaan properti, perubahan demografi serta regulasi pemerintah.
Berdasarkan data Biro Statistik Nasional (NBS), harga rumah baru pada Juli 2024 lalu turun 4,9% dari tahun sebelumnya atau menjadi penurunan paling tajam sejak Juni 2015. Kemerosotan pasar perumahan yang berkepanjangan ini secara tidak langsung telah membebani negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Sebelumnya, pemerintah Tiongkok telah memberlakukan kebijakan yang lebih ketat terhadap pinjaman dan pembiayaan bagi pengembang properti untuk mengatasi masalah utang yang melibatkan banyak pengembang besar. Hal ini membuat banyak pengembang kesulitan untuk mendapatkan pembiayaan pada proyek-proyek baru.
Tak hanya itu, krisis keuangan yang melanda pengembang kakap Evergrande diyakini menjadi penyebab terjadinya penurunan kepercayaan konsumen di Tiongkok sehingga turut berdampak negatif terhadap pasar perumahan secara keseluruhan. Alhasil, permintaan untuk properti baru terus menurun karena kekhawatiran akan stagnasi ekonomi, meningkatnya suku bunga, dan ketidakpastian di pasar.
Akibat dari penurunan ini, banyak pengembang menghadapi masalah likuiditas, dan beberapa proyek terpaksa ditunda atau dibatalkan. Pemerintah Tiongkok sendiri telah melakukan upaya untuk menstabilisasi pasar meski hasilnya belum terlalu berdampak signifikan.
Menyikapi kondisi yang berlarut-larut tersebut, Kamis pekan lalu, Menteri Perumahan dan Pembangunan Perkotaan-Pedesaan Ni Hong menggelar jumpa pers di Beijing. Turut hadir, pejabat dari Bank Rakyat Tiongkok, Kementerian Keuangan, dan Administrasi Regulasi Keuangan Nasional.
Adapun, beberapa poin utama dari konferensi pers tersebut, diantaranya, keputusan pencabutan pembatasan pembelian, pembatasan penjualan, batasan harga, dan standar untuk mendefinisikan perumahan.
Pemerintah juga memutuskan untuk menurunkan suku bunga hipotek yang lebih rendah, rasio pembayaran uang muka yang dikurangi, aturan hipotek yang seragam dan penurunan jumlah pinjaman, dengan pemotongan suku bunga hipotek yang menghemat pengeluaran rumah tangga sebesar 150 miliar yuan (US$21 miliar).
Ni Hong mengatakan saat ini pasar telah “mencapai titik terendah” setelah tiga tahun penyesuaian dan menyebut jika data bulan Oktober telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang jelas. “Antara Januari dan September, 1,48 juta unit perumahan terjangkau dibangun atau dialokasikan, dengan 4,5 juta orang diperkirakan akan pindah pada akhir tahun,” pungkasnya.