Bali, propertytimes.id – Modern kontemporer yang dipadu nuansa etnik Bali terkonstruksi di restoran yang berada pada ketinggian 300 meter diatas permukaan laut ini.
Bagi banyak kalangan, pertimbangan sebuah restoran yang menarik tidak lagi dilihat hanya dari menunya yang nikmat, namun juga atmosfer yang memikat. Maka, ketika dua kriteria ini terpenuhi, bisa dipastikan, harga bukan lagi pertimbangan penting untuk sebuah pengalaman bersantap.
Di Pulau Dewata Bali, yang notabene tingkat kreativitas budaya nya tinggi, mencari restoran dengan konsep unik serta menu yang legit bukanlah perkara sulit. Hampir di setiap sudut terdapat resto atau cafe yang mampu menawarkan suasana berbeda. Namun, bila ingin mendapatkan pengalaman bersantap di tengah kemegahan dan keindahan panorama Bali seutuhnya, restoran Jendela Bali adalah sebuah pilihan yang tepat.
Berkonsep semi fine dining, resto yang berada pada ketinggian 300 meter diatas permukaan laut ini merupakan bagian dari Kawasan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang diprakarsai oleh I Nyoman Nuarta pada 1997 silam dan saat ini telah diakuisisi oleh pengembang Alam Sutera.
Terletak di ketinggian puncak bukit Ungasan yang dikelilingi bebatuan kapur cadas, pemandangan dari resto Jendela Bali ini sungguh romantis nian. Dari arah utara, terpapar kota Denpasar dibalik kejauhan. Sementara di bagian selatan, terhampar pantai-pantai yang menengadah ke Samudera Hindia dengan latar belakang Gunung Batur dan Gunung Agung. Sesuai namanya, Jendela Bali, para pengunjung benar-benar disuguhi pemandangan Pulau Bali tanpa batas.
Dominasi Nuansa Bali
Memasuki resto ini, pengunjung disambut 13 buah anak tangga yang terbuat dari kayu jati selebar 2 meter yang berpadu dengan beberapa bingkai dinding beton, plus gemericik air dari kolam di sisi kiri dan kanan anak tangga yang seketika menenangkan pikiran.
Rasa penasaran langsung berubah ketika memasuki lobby utama. Layaknya sebuah teras, suasana yang tercipta sangat santai. Deretan kursi kayu panjang di kiri dan kanan lounge yang disusun dengan seperangkat alat musik Bali ditata senyaman mungkin. Penempatan beberapa Patung Dewa Wisnu yang mengendarai Garuda Kencana, seketika mengingatkan pengunjung dimana lokasi resto ini berada.
Suasana semakin hangat kala melangkahkan kaki lebih dalam. Tata letak meja dan kursi membuat pengunjung bebas memilih maksud dan tujuan datang ke restoran ini. Bila beranjak ke sisi kiri restoran, jejeran meja dan kursi didesain untuk 4 hingga 6 orang, sementara di sisi kanan, lebih personal karena didesain untuk 2 hingga 4 orang.
Sejauh mata memandang, desain interior yang didominasi warna krem ini sangat kental dengan nuansa etnik Bali. Mulai dari atap berbentuk limas yang terbuat dari alang-alang yang menjadi ciri khas rumah adat Bali, deretan lampu gantung dari kandang ayam, hingga penempatan beberapa lukisan bertema adat Bali.
Di sebelah kiri tersedia mini bar yang menyajikan aneka cocktail dan moctail. Sementara, dapur utama di sebelah kanan sengaja di desain tertutup agar tidak memecah konsentrasi pengunjung yang ingin menikmati panorama Pulau Bali.
Ukuran jendela berbentuk krepyak juga sengaja didesain berukuran besar agar hembusan angin dapat leluasa mengitari resto dengan luas bangunan 4000 meter persegi ini. Tak hanya hembusan angin memang, sebab, di siang hari, cahaya hangat mentari juga bebas menerangi setiap sudut ruangan yang membuat pengalaman bersantap semakin hangat.
Jendela Bali pada dasarnya terbagi atas beberapa area, yakni lounge, semi bar serta dining. Perpaduan ini tidak hanya menjadikannya tempat makan romantis namun juga bisa menjadi tempat berkumpul sembari makan, minum bahkan berpesta sekalipun.
Untuk pengunjung yang ingin lebih merasakan suasana private namun tetap ingin pemandangan panorama, dapat memilih lantai dua yang berada di sebelah kanan. Jendela Bali juga dilengkapi fasilitas ruang meeting dan juga function hall untuk beragam event yang dapat disesuaikan tergantung kapasitas pengunjungnya.
Secara keseluruhan, ruang demi ruang di Jendela Bali diolah dengan menggunakan satu garis gaya desain, eklektik, atau memadukan antara unsur modern dan etnik, dalam hal ini etnik Bali. Dalam konsep Jendela Bali, tampilan kontemporer menjadi dasar, sementara gaya etnik lebih sebagai akses yang ditunjukkan pada elemen aksesorisnya.
Penanda garis etnik yang paling nyata adalah digunakannya elemen batu pada beberapa pilar bangunan seperti paras pada dinding dan palimanan pada lantai. Kedua materi tersebut juga dipadukan dengan warna krem ataupun kuning muda sehingga memberikan kesan bersih dan juga elegan.
Singkat kata, resto ini cukup sempurna untuk acara brunch bersama sahabat atau kekasih, kasual, namun tetap nyaman dan elegan. Terletak jauh dari keramaian kota tapi cukup dekat untuk sekedar menikmati snack sore atau evening drinks bersama kolega setelah seharian mengelilingi taman budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK).
Varian delicious recipe
Konsep interior Jendela Bali, bisa dibilang, sejalan dengan menu yang disajikan. Beragam sajian kuliner khas Bali bisa dinikmati disini, antara lain sambal matah, ayam Betutu, tumis daging sapi pedas manis, urap sayuran, satai languan, satai lilit dan beberapa menu lainnya.
Sajian bebek goreng Jendela Bali adalah salah satu menu yang layak untuk dicoba. Dagingnya sangat empuk dan kaya akan bumbu yang membuatnya harum. Bebek yang lezat ini dipadu dengan sambal yang lezat seperti sambal terasi bawang, sambal hijau, sambal ulek dan sambal matah. Namun, jangan khawatir, bagi yang ingin mencoba menu berbeda, Jendela Bali juga menawarkan menu lainnya, seperti Italian, Chinese ataupun western food. Kiki