Jakarta, Propertytimes.id – Dalam struktur demografi dikenal dua karakteristik antar generasi yang cukup mendominasi. Generasi milenial yang juga dikenal sebagai Generasi Y adalah kelompok yang lahir tahun 1980 hingga 2000. Itu berarti kaum milenial saat ini berumur sekitar 20 tahun hingga 37 tahun. Generasi ini disebut sebagai generasi milenial karena sudah mengenal teknologi seperti komputer, video games, smartphone, email, instant messaging dan media sosial hingga suka main game online. Sementara, mereka yang lahir dalam rentang tahun 1995 sampai dengan tahun 2010 disebut dengan Generasi Z yang juga disebut iGeneration, Generasi Net atau Generasi Internet.
Menurut data yang pernah dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Dunia (World Bank), sekitar 30% penduduk di Jakarta saat ini diisi oleh kaum milenial atau sekitar 3 juta orang. Dalam rinciannya, sebanyak 34% kaum milenial memiliki penghasilan sebanyak Rp4-7 juta per bulan dan 46% penghasilannya di bawah Rp4 juta per bulan. Sisanya 6%, memiliki penghasilan di atas Rp12 juta per bulan dan 14% kaum milenial berpenghasilan Rp7-12 juta per bulan. Riset ini hampir senada dengan yang pernah dilakukan portal Karir.com. Disebutkan, jika pendapatan rata-rata generasi milenial saat ini sebesar Rp6.07 juta per bulan.
Portal properti online, Rumah123 sempat merilis hasil survei yang mengatakan jika beberapa tahun mendatang, 95% generasi milenial tidak memiliki tempat tinggal dan hanya 5% kaum milenial saja yang sanggup membeli rumah. Hal ini tak lepas dari kenaikan harga rumah yang jauh lebih besar dibanding kenaikan pendapatan per tahun, sementara penghasilan mereka masih biasa-biasa saja bahkan cenderung rendah. Masih menurut data Rumah123, kenaikan harga rumah jauh lebih besar dibandingkan kenaikan pendapatan per tahunnya. Rata-rata kenaikan properti di Indonesia per tahun mencapai 17%, sementara UMR hanya 10% per tahun.
Riset ini bisa jadi memang benar, sebab, untuk dapat mencicil rumah di Jakarta dengan harga termurah Rp300 juta, dibutuhkan pendapatan minimal Rp7,5 juta per bulan. Dengan penghasilan tersebut, maka kemampuan generasi milenial untuk mencicil rumah sesuai dengan batas yang dianjurkan yaitu maksimal 30% dari gaji per bulan adalah Rp2,5 juta. Artinya hanya bisa membeli rumah dengan rentang harga Rp250 juta – Rp300 jutaan.
Anton sitorus Director Head of Reasearch and Consultancy Savills Indonesia mengatakan, generasi milenial sulit memiliki rumah tak lepas dari terus meningkatnya harga hunian tiap tahunnya yang mencapai 20%, sedangkan kenaikan pendapatan naik tidak sampai 20% dari tahun ke tahunnya. “Penyebabnya adalah overbility antara perbandingan pendapatan dan harga properti yang jauh sehingga generasi milenial tidak bisa beli rumah. Jika melihat penghasilannya bisa dihitung berapa tahun mereka bisa beli rumahnya 15 atau 25 tahun,” sebut Anton.
Lantas, apakah kendala dalam mengumpulkan uang dan mencicil hunian tersebut membuat generasi milenial harus mengubur mimpi-mimpi mereka untuk mendapatkan hunian ideal di masa depan? Sama sekali tidak. Sebab, kondisi pesimistis ini sejak lama telah menjadi perhatian sejumlah pihak, khususnya perbankan di tanah air untuk memberi kemudahan bagi anak muda sehingga dapat membeli rumah idaman mereka. Sebagai contoh, program system bayar dengan uang muka ringan dan tenor yang lebih panjang.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) adalah satu diantara bank yang cukup konsen untuk menggarap pasar milenial, salah satunya dengan meluncurkan KPR Gaess. Produk ini sudah dirilis sejak Oktober 2018 lalu dan diluncurkan kembali di awal Januari 2020 lalu. Sejak dirilis hingga November 2019, penyaluran KPR Gaess sudah mencapai Rp9,3 triliun.
KPR Gaess menyasar kaum millenial berusia 21-35 tahun. Untuk KPR bagi kalangan muda ini, Bank BTN menawarkan uang muka mulai dari 1%, bebas biaya admin, suku bunga single digit, diskon provisi 50%, dan tenor hingga 30 tahun. Executive Vice President Nonsubsidized Mortgage & Consumer Lending Division (NSLD) Bank BTN Suryanti Agustinar menuturkan, program KPR tersebut diramu sesuai dengan karakteristik kaum millenial yang menginginkan layanan mudah diakses dan cicilan terjangkau. “Selain itu, juga bisa dikemas dengan KPR Zerro yaitu hanya bayar bunga selama dua tahun,” kata Suryanti.
Untuk tahun 2020 ini, BTN sendiri menargetkan penyaluran KPR Gaess bisa mencapai Rp11 triliun. Beberapa strategi yang digunakan diantaranya dengan melakukan sinergi bersama sejumlah pengembang terutama dengan BUMN yang membangun hunian berbasis Transit Oriented Development (TOD) dan LRT serta bekerjasama dengan institusi dalam pemenuhan rumah untuk karyawan. Saat ini, BTN menawarkan KPR promo 8,99% fixed 2 tahun. Sedangkan bunga floating KPR bank ini masih 12,5%. Strategi lain BTN adalah dengan meluncurkan aplikasi BTN Properti Mobile versi Android. Lewat aplikasi anyar ini, generasi millenial dapat mengajukan KPR lewat ponsel Android mereka.
Direktur Utama Bank BTN Pahala N. Mansury mengatakan, pihaknya melihat potensi besar dari generasi millenial yang belum memiliki rumah di Indonesia. Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyebut ada 81 juta orang di segmen generasi millenial yang belum memiliki rumah. Angka tersebut setara 31% dari jumlah populasi di Indonesia.
“Sebagai pemimpin pasar KPR di Tanah Air, kami akan terus berinovasi untuk menyediakan hunian yang mudah diakses dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia. Salah satu inovasinya, menyajikan aplikasi BTN Properti Mobile yang memberikan berbagai kemudahan berbasis teknologi bagi generasi millenial yang tech-savvy,” ujar Pahala.
Dirinya menjelaskan ada berbagai fitur BTN Properti Mobile yang dapat dinikmati kaum millenial di Indonesia. Di antaranya memiliki fitur 4D Tour Services yang membuat penggunanya dapat melihat unit rumah tanpa harus ke lokasi. Fitur lain yang ditawarkan yakni tracking pengajuan kredit secara real time sehingga dapat mengetahui status permohonan kredit. Dit