Jakarta, Propertytimes.id – Pasar sewa apartemen di Jakarta kembali menghadapi tantangan pada kuartal II 2025, dengan permintaan yang terus melambat meskipun harga sewa tetap stabil. Laporan terbaru dari Leads Property Services Indonesia mengungkapkan bahwa penambahan pasokan baru dan pergeseran preferensi penyewa menjadi faktor kunci dalam dinamika pasar.
Menurut Leads Property, Pada kuartal ini, Swissotel Living Jakarta Mega Kuningan resmi beroperasi, sehingga menambah 240 unit ke pasokan apartemen sewa di Jakarta. Dengan pembukaan ini, total pasokan apartemen sewa di Jakarta mencapai 10.684 unit, di mana 49% terkonsentrasi di kawasan Central Business District (CBD). Begitupun, penambahan pasokan ini rupanya tidak diimbangi dengan peningkatan permintaan.
Alhasil, tingkat okupansi apartemen sewa turun tipis menjadi 63,2%, dari kuartal sebelumnya. Apartemen servis (serviced apartments) masih unggul dengan okupansi 66,2%, sementara apartemen non-servis hanya mencapai 54,3%.
BACA JUGA: Menyusuri Denyut Pasar Properti Jakarta Awal 2025, Bertahan di Tengah Tantangan
Associate Director Leads Property Services Indonesia, Martin Samuel Hutapea menuturkan, ekspatriat tetap menjadi penyewa utama, terutama dari Asia seperti Korea Selatan, Jepang, India, dan Tiongkok. “Namun, generasi ekspatriat yang lebih muda kini lebih memilih apartemen modern dengan fasilitas lengkap dan lokasi dekat perkantoran,” ujar Martin dalam keterangan tertulisnya, Senin (28/7).
Menurut Martin, selama kuartal II 2025, hanya 103 unit yang tersewa dan menunjukkan perlambatan permintaan. Beberapa penyewa juga beralih ke apartemen strata-title di sekitar CBD sebagai alternatif yang lebih terjangkau.
Leads mencatat, rata-rata harga sewa apartemen di Jakarta stabil di angka USD 19,33 per meter persegi per bulan, hanya naik 0,6% dari kuartal sebelumnya. Sementara, apartemen servis tetap lebih mahal dengan harga USD 21,62 per meter persegi, sementara non-servis lebih terjangkau di USD 12,54.
“Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turut memengaruhi pasar, terutama bagi penyewa berbasis dolar. Beberapa pengelola apartemen ada yang tetap mempertahankan harga atau menawarkan unit renovasi dengan tarif lebih tinggi untuk menarik minat penyewa,” sebut Martin.
Prospek ke depan
Leads mencatat, dua proyek apartemen servis baru dengan total 331 unit diperkirakan akan beroperasi sebelum akhir 2025. Dengan permintaan yang masih moderat, persaingan antar pengelola diprediksi semakin ketat. Strategi diskon atau penawaran khusus mungkin akan diterapkan untuk mempertahankan tingkat okupansi.
Meski demikian, optimisme tetap ada seiring dengan peningkatan investasi asing dan aktivitas bisnis di Jakarta. “Karena itu, apartemen dengan lokasi strategis dan fasilitas premium diperkirakan tetap menjadi pilihan utama penyewa,” pungkasnya.