Jakarta, Propertytimes.id – Laporan keuangan semester I-2025 dari lima pengembang properti papan atas menunjukkan dinamika beragam di tengah proses pemulihan sektor properti nasional. Berdasarkan data yang dihimpun hingga 5 Agustus 2025 dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), sebagian besar emiten mencatatkan kenaikan pendapatan, namun tak seluruhnya mampu mengonversi pertumbuhan tersebut menjadi laba bersih yang lebih tinggi.
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) tetap menjadi pemuncak dalam hal pendapatan, meraih Rp6,39 triliun pada semester I-2025. Namun angka ini menurun 13% dibandingkan Rp7,35 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. Dampaknya, laba bersih BSDE juga ikut merosot tajam hingga 44,8% menjadi Rp1,28 triliun dari sebelumnya Rp2,33 triliun. Penurunan ini mencerminkan tekanan pada margin operasional meski portofolio proyeknya tetap luas.
Sebaliknya, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) justru mencatatkan kinerja impresif. Pendapatannya naik 16,7% menjadi Rp5,88 triliun, didorong oleh penjualan proyek residensial di wilayah Jabodetabek dan Jawa Timur. Laba bersih pun naik 20% menjadi Rp1,23 triliun. CTRA dinilai berhasil menjaga efektivitas biaya dan mempertahankan permintaan di pasar menengah atas.
PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) juga menunjukkan kinerja stabil. Pendapatannya tumbuh tipis 3,4% menjadi Rp3,37 triliun, namun laba bersihnya melonjak 34,2% menjadi Rp1,14 triliun. Kontribusi signifikan datang dari pusat perbelanjaan dan recurring income di Surabaya dan Jakarta yang mulai pulih pasca pandemi.
Performa mencolok ditunjukkan oleh PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA). Pendapatannya naik 14,6% menjadi Rp2,73 triliun, namun lebih mencolok adalah lonjakan laba bersih hingga lebih dari 5 kali lipat menjadi Rp310,7 miliar dari sebelumnya hanya Rp49,8 miliar. Ini mencerminkan meningkatnya serapan lahan industri dan kontribusi dari lini usaha energi terbarukan yang mulai memberi hasil.
Sementara itu, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) masih mencatatkan hasil negatif. Pendapatan turun 10,5% menjadi Rp1,69 triliun, dan rugi bersihnya membengkak menjadi Rp108,8 miliar dari kerugian Rp27,7 miliar pada semester I-2024. Kinerja APLN masih dibayangi oleh tekanan beban bunga dan pelambatan proyek baru.
Secara keseluruhan, laporan yang masuk hingga awal Agustus ini mencerminkan bahwa sektor properti belum sepenuhnya pulih. Emiten dengan portofolio diversifikasi dan manajemen keuangan disiplin cenderung mampu bertahan lebih baik. Banyak pihak menilai jika semester II-2025 akan menjadi penentu apakah tren pemulihan bisa berlanjut, terutama ditengah mulai stabilnya suku bunga dan optimisme pasar menjelang akhir tahun.





