Dubai, Propertytimes.id – Para pengembang properti terkemuka asal Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), semakin menggeser fokus ekspansi mereka ke luar negeri. Setelah bertahun-tahun sukses membentuk lansekap kota Dubai, perusahaan-perusahaan seperti Emaar, DAMAC, dan Sobha Realty kini menaruh taruhan besar pada pertumbuhan di pasar internasional dan diversifikasi bisnis.
Langkah strategis ini didorong oleh kuatnya kinerja pasar domestik yang memberikan fondasi keuangan yang sehat. Yang menarik, ambisi global mereka bukannya tidak mengandung risiko, mengingat pengalaman sebelumnya di beberapa negara justru tidak selalu mulus. Berikut adalah beberapa pengembang properti di Dubai yang secara jor-joran optimis untuk melepas jangkar ekspansinya ke pasar global.
Emaar Properties
Emaar Properties, pengembang ikonis Burj Khalifa, menjadi yang paling vokal dalam rencana ekspansi globalnya. Pendiri Emaar, Mohamed Alabbar, mengungkapkan bahwa dewan direksi sedang aktif menjajaki strategi akuisisi di sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat (AS), India, Tiongkok, dan Eropa.
Keyakinan ini ditopang oleh kinerja penjualan properti di dalam negeri yang terus melonjak. Pada paruh pertama 2025, penjualan domestik Emaar tercatat sebesar Dh46 miliar, atau setara dengan Rp192 triliun. Angka ini naik 46% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Emaar memiliki posisi yang sangat kuat untuk ekspansi. Dengan tingkat utang yang rendah dan portofolio proyek yang belum terealisasi (backlog) senilai Dh146 miliar (sekitar Rp 609 triliun), mereka memiliki banyak ‘bahan bakar’ untuk pertumbuhan,” kata Josh Gilbert, analis pasar di eToro, seperti dikutip dari gulfnews.com.
Alih-alih membangun dari nol, Emaar lebih memilih untuk mengakuisisi pengembang yang sudah mapan di negara target. Strategi ini dinilai lebih efisien untuk masuk ke pasar baru. Namun, investor diingatkan pada ekspansi Emaar sebelumnya di Mesir dan Arab Saudi yang menghadapi tantangan regulasi dan operasional.
DAMAC Properties
Sementara Emaar fokus pada akuisisi real estat global, DAMAC Properties pimpinan Hussain Sajwani justru melakukan lompatan besar ke sektor lain. Perusahaan ini baru-baru ini mengumumkan rencana investasi senilai US$20 miliar, atau setara dengan Rp318 triliun untuk membangun pusat data canggih (data center) di beberapa negara bagian AS, seperti Texas, Arizona, dan Oklahoma.
Ini merupakan diversifikasi yang signifikan dari bisnis inti DAMAC di properti dan perhotelan mewah. Namun, ekspansi tradisional mereka juga terus berjalan. Di London, DAMAC telah menyelesaikan proyek hunian mewah seperti DAMAC Tower Nine Elms, sementara di Maladewa, mereka mengembangkan resor mewah melalui kemitraan dengan Mandarin Oriental. Strategi DAMAC sering kali melibatkan kemitraan dengan merek-merek mewah seperti Versace dan Cavalli, yang membantu menarik pembeli high-net-worth di seluruh dunia.
Sobha Realty
Berbeda dengan kedua pesaingnya, Sobha Realty memilih untuk mengekspor model bisnis “integrasi vertikal” mereka ke pasar AS. Perusahaan yang memiliki kendali penuh dari proses desain hingga konstruksi ini membuka kantor perdananya di Dallas, Texas.
Sobha menargetkan penjualan sebesar US$1 miliar (Rp15,9 triliun) pada tahun pertama operasinya di AS, dengan target jangka panjang US$10 miliar (Rp 159 triliun) dalam sepuluh tahun ke depan. Ekspansi juga direncanakan ke negara bagian Virginia, serta kota-kota lain di Texas seperti Austin dan Houston.
Meski ekspansi global cukup menarik, namun tidak semua pengembang besar Dubai mengambil jalur ekspansi internasional. Nakheel, misalnya, tetap berkonsentrasi pada pengembangan proyek-proyek besar di Dubai, seperti Dubai Islands dan perluasan Palm Jebel Ali. Begitu pula dengan Meraas, yang fokus pada pengembangan properti berorientasi gaya hidup di dalam emirat.