Propertytimes.id – Masifnya wabah Covid-19 yang membuat daya beli masyarakat terkimbang kimbang serta memukul pertahanan sejumlah developer akibat menurunnya aktivitas ekonomi, rupanya tak berlaku pada Ciputra Residence. Anak usaha Ciputra Group ini berhasil mencetak marketing sales sebesar Rp130 miliar untuk proyek Citra Maja Raya dan Rp55 miliar pada proyek CitraGarden Puri Jakarta Barat yang dibukukan dalam satu hari penjualan. Yang lebih mengejutkan lagi, kinerja moncer tersebut didapat melalui penjualan secara daring.
Pada proyek Citra Maja Raya, misalnya, penjualan tersebut tercatat untuk 516 unit rumah di klaster Ayodya dan Seminyak dengan rentang harga Rp183 jutaan sampai dengan 400 jutaan. Peluncuran dan pemilihan unit dilakukan secara daring yang berlangsung pada 18 April—26 April 2020. Sementara, CitraGarden Puri untuk penjualan klaster baru Elecio yang diselenggarakan melalui aplikasi online tanggal 9 Mei lalu dipasarkan dengan rentang harga mulai dari Rp2,1 miliar hingga Rp4 miliar.
Kesuksesan metode pemasaran dan pemilihan unit secara online ini tentu menarik untuk disimak. Mengingat, sejak mewabahnya pandemic Corona di Indonesia sejak Maret 2020 lalu dan secara langsung berdampak pada menurunnya ekonomi dalam negeri, penjualan yang dilakukan Ciputra Residence tersebut tercatat sebagai pencapaian terbesar di kalangan developer di Indonesia. Konon lagi, melalui metode penjualan yang masih cukup asing di Indonesia yakni membeli properti secara online.
Yance Onggo, Marketing Director PT. Ciputra Residence mengatakan, untuk memasarkan hunian secara digital atau online diperlukan suatu persiapan yang matang dari pengembang, mulai dari kesiapan tim, sistem serta produk yang dipasarkan. “Di tengah situasi Pandemic Covid-19 yang terjadi di Indonesia dan dunia, Ciputra Group tetap melihat akan adanya peluang dan kebutuhan akan hunian yang berkualitas di masyarakat. Sehingga ditunjang dengan Reputasi Ciputra Group, team yang handal, dan sistem pemasaran yang inovatif dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang lebih handal dan aman, maka kami menerapkan metode pemasaran digital dan pemilihan unit secara online,” ujar Yance.
Menurutnya, terobosan ini dilakukan untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan proses pembelian rumah di tengah pembatasan sosial. Dimulai dari melihat Rumah Contoh unit yang akan di beli secara virtual melalui website proyek, pendaftaran minat membeli yang dapat dilakukan secara mandiri, pembayaran dengan internet banking, hingga pemilihan unit yang dilakukan secara online.
BACA JUGA: #PEDULICORONA, CIPUTRA GROUP BANGUN RUANG DARURAT BERISIKAN 210 BED ISOLASI COVID – 19
“Metode Pemasaran Digital dan Pemilihan Unit secara Online pada proyek Ciputra Group merupakan salah satu bentuk terobosan inovasi dan kecepatan adaptasi yang dilakukan karena mengikuti nilai-nilai budaya perusahaan IPE yang telah ditanamkan oleh Pak Ciputra. Kami percaya ide dan eksekusi harus dilakukan dan berkembang dengan kecepatan yang sama,” jelasnya.
Optimisme konsumen menurun
Keberhasilan yang dicapai Ciputra Residence melalui metode penjualan digital tentu berdampak positif, sebab memunculkan optimisme baru di kalangan pengembang yang saat ini mulai tertatih-tatih akibat dampak dari pandemic Covid 19, dimana salah satunya menurunnya optimisme konsumen untuk berinvestasi properti.
Survei yang dilakukan Bank Indonesia (BI) terhadap optimisme konsumen pada Maret 2020 mencatat penurunan. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan itu turun menjadi 113,8 poin, lebih rendah dari Februari 2020 yang sebesar 117,7 poin. Dalam laporan survei BI disebutkan, penurunan IKE dikarenakan berkurangnya keyakinan konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja saat ini serta pengaruhi oleh berkurangnya keyakinan konsumen untuk melakukan pembelian barang tahan lama (durable goods), dimana properti menjadi salah satu barang tahan lama yang turut memengaruhi penurunan ini selain peralatan elektronik.
Berdasarkan amatan Propertytimes.id di lapangan, penurunan penjualan properti disebabkan beberapa hal. Pertama, konsumen yang memang memilih menahan diri untuk berinvestasi karena wait and see sambil menunggu situasi membaik, dan kedua karena memang konsumen yang tidak lagi memiliki dana karena dampak dari Covid 19. Penurunan penjualan juga menyebabkan pengembang tak bisa memulai dan melanjutkan konstruksi unit baru. Imbasnya, tak banyak unit yang bisa dijual, bahkan banyak pengembang yang kini tak memiliki unit sehingga lebih memilih untuk merumahkan dan memberhentikan kerja sebagian karyawannya. Ironinya lagi, paska melemah sejak 2014 lalu, kondisi sektor properti di Indonesia kenyataannya belumlah baik-baik amat, hal ini terlihat dari rendahnya penyerapan penjualan pada beberapa sub sektor properti.
Kondisi ini tentu tidak saja dirasakan developer dalam negeri semata, laporan terbaru JLL Global Capital Flows, menyebutkan, volume transaksi real estate Asia Pasifik turun hingga mencapai nominal yang cukup fantastis yaitu USD34 miliar di kuartal pertama 2020. Beberapa pasar negara Asia Pasifik yang cukup terpengaruh adalah Tiongkok, Hongkong dan Singapura. Hal tersebut membuat aktivitas investasi menurun hingga 60 persen dibanding tahun lalu. Kiki